Suara.com - Badan Narkotika Nasional menyebut kasus keberadaan laboratorium narkoba di MG Internasional Club merupakan modus baru peredaran narkoba di negeri ini.
"Modus ini kan baru kami temukan di Indonesia. Ini modus baru. Nah modus baru ini mungkin mereka menganggap mengelabuinya lebih gampang, lebih mudah. Kan orang lain nggak nyangka," kata ahli kimia farmasi BNN Komisaris Besar Mufti Djusnir.
Mufti menambahkan sabu merupakan salah satu jenis narkoba yang mudah larut dengan air.
"Nah, karena sabu itu yang methamphetamin itu dia sangat larut di dalam air. Itu mudah sekali dengan dimasukkan saja, kocok sedikit, sudah larut," kata dia.
Secara kasat mata, narkoba jenis cair yang dikemas dengan botol mineral wujudnya hampir sama dengan air minum biasa.
"Seperti kita kan ada minuman yang ada air oksigennya itu. Itu bisa terasa walaupun airnya jernih, tapi begitu kita minum, wah, beda nih. Walaupun bening pasti beda, bisa dirasa," kata Mufti.
Setelah dikonsumsi, efek yang ditimbulkan dari sabu cair sama dengan sabu-sabu yang berbentuk kristal.
Mufti menambahkan, sabu dalam bentuk cair ataupun padat bisa menimbulkan dehidrasi yang tinggi kalau dikonsumsi.
"Kalau orang yang mengonsumsi daripada sabu karena sabu ini kan methampethamin, itu kalau digunakan nanti kita dehidrasi. Jadi pemakainya itu akan mengalami dehidrasi, kekurangan air," kata dia.
Namun, kata Mufti, karena kandungan methampethamin dalam sabu memberikan efek dehidrasi, dosis yang ditimbulkan lebih tinggi ketimbang sabu berbentuk padat.
"Dosisnya makin nambah terus. Jadi cepat mendekati dosis maksimal. Kalau sudah maksimal terlampaui, ya, mendekati dosis lethal. Dosis lethal ya bisa mati," kata Mufti.
MG Internasional Club digerebek pada Minggu (17/12/2017), dini hari. BNN menetapkan lima tersangka.