Tamar kekinian tercatat sebagai warga Tel Aviv. Ia sempat menjadi anggota Partai Komunis Israel. Namun, ketika partai itu terpecah menjadi dua kubu, ia memutuskan tak memihak ke mana pun dan beralih menjadi pengacara bagi rakyat Palestina.
"Kewajibanku sebagai komunis untuk membantu rakyat Palestina. Konflik ini jelas penjajahan Israel atas motif ekonomi, bukan agama. Israel sudah menjadi kaki tangan imperialisme Amerika Serikat di Timur Tengah," tukasnya.
Selain Tamar, ada pula seorang laki-laki Israel kelahiran Bulgaria bernama Albert Salomon. Ia mengakui, terdapat politik rasialis di Israel yang mengeksploitasi kaum pekerja Arab.
"Kaum kapitalis maupun kelompok Kiri di Israel menggunakan kaum pekerja Arab untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk membebaskan mereka. Sebagai seorang komunis, aku tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Aku ikut demonstrasi-demonstrasi untuk memprotes dan mengampanyekan revolusi sosial," tuturnya.
Baca Juga: Video Porno Alumni UI Ternyata Direkam Mantan Pacar di Apartemen
"Bagiku, komunisme adalah Torah (Taurat), yakni perintah untuk membebaskan semua orang. Tak ada yang berbeda, semua manusia harus hidup dalam kapasitas yang sama dan merdeka," tuturnya.
Sementara perempuan komunis Israel lainnya, Tamar Gozansky (77), mengatakan Partai Hadash besutannya yang berideologi Marxis-Leninis bertekad menyatukan warga Yahudi dan Arab untuk membangun negara bersama yang adil.
"Aku membangun Partai Hadash untuk mempersatukan kaum pekerja Yahudi maupun Arab sejak tahun 1977. Kini, kami menjalin kerja sama dengan Partai Komunis Palestina untuk beragam isu terutama menentang zionisme dan persekusi anti-komunis di kedua wilayah," ungkapnya.
Perempuan aktivis Partai Hadash lainnya, Fathia Sageer (62), mengatakan menjadi komunis karena menyadari bahwa fundamentalisme agama maupun etnisitas bukan jalan keluar bagi kesejahtaraan warga yahudi maupun Arab Palestina.
"Ketika rakyat terjerat kemiskinan dan kehilangan harapan, banyak dari mereka yang perlindungan yang merasa nyaman di balik agama. Namun, satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan besar mengenai 'kenapa mereka miskin, dan bagaimana jalan pembebasannya?' adalah komunisme," tandasnya.
Baca Juga: Barcelona Menolak Berikan Penghormatan kepada Madrid