Mutilasi Istri, Kholili: Beli Susu Bayi Saja Susah, Minta Mobil

Sabtu, 16 Desember 2017 | 14:48 WIB
Mutilasi Istri, Kholili: Beli Susu Bayi Saja Susah, Minta Mobil
M Kholil bersama Siti Saadah saat masih hidup, dan buah hati mereka. [Facebook/Yuni Rusmini]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga Karawang, Jawa Barat, digegerkan oleh aksi sadistis Muhamad Kholili (23) yang tega membunuh disertai memutilasi dan membakar sang istri, Siti Saadah alias Sinok alias Nindy (21).

Pembunuhan itu terjadi pada Senin (4/12) pekan lalu. Kholil lantas memutilasi jasad sang istri, Selasa (5/12). Pada hari ketiga, ia membakar potongan-potongan tubuh Siti.

Dalam wawancara eksklusif kepada Suara.com di sel tahanan Mapolres Karawang, Jumat (15/12/2017), Kholili mengklaim aksinya itu dilakukan karena tak lagi tahan dirongrong Siti yang minta dibelikan mobil.

Pasalnya, Kholili yang bekerja sebagai pesuruh kantor (office boy; OB) hanya bergaji Rp3,8 juta dan tak bisa membeli mobil walau kredit sekali pun.

Baca Juga: Ini Imbauan Polda Metro untuk Aksi Bela Palestina Besok

"Jangankan beli mobil mas, untuk susu bayi kami saja susah. Dia malah minta dibelikan mobil," tutur Kholili.

Ia mengungkapkan, kali pertama berkenalan dengan Siti melalui aplikasi obrolan media sosial Facebook pada tahun 2014.

Setahun kemudian, 2015, Kholili memberanikan diri meminang Siti yang saat itu bekerja dan tinggal di Semarang. Setelah menikah, Kholili mengajak Siti tinggal di Karawang.

"Sejak pertama berkenalan, saya sudah jujur kepadanya bahwa saya bekerja sebagai OB dan gaji saya pas-pasan. Dia sempat kembali ke Jawa untuk bekerja, tapi cuma sebulan. Setelahnya ia kembali ke Karawang," jelasnya.

Selang setahun, 2016, Siti dan Kholili dikaruniai seorang bayi laki-laki berinisial AAL. Karena gajinya tak mencukupi kebutuhan sehari-hari, apalagi untuk kebutuhan si jabang bayi, Siti memutuskan kembali bekerja.

Baca Juga: PLN Pastikan Stasiun Pengisi Daya Mobil Listrik Aman Saat Hujan

Ia mengatakan, Siti mendapat pekerjaan sebagai petugas pemasaran kompleks perumahan dalam proyek "kota baru" di Karawang.

"Dia gajinya Rp5 juta. Jadi ya harga diri saya diinjak-injak. Dia tak mau meyetrika, mencuci baju. Bahkan kalau dia lapar, saya yang masakin mi. Dia lebih banyak main ponsel kalau di kontrakan," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI