Militer Israel Siksa Warga Palestina yang Keterbelakangan Mental

Reza Gunadha Suara.Com
Jum'at, 15 Desember 2017 | 14:19 WIB
Militer Israel Siksa Warga Palestina yang Keterbelakangan Mental
Mohamed al-Tawil, laki-laki Palestina dengan keterbelakangan mental sedang dianiaya militer Israel. [Twitter]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Seorang tentara memborgol dan menggiring saya ke kantor polisi Al-Debwaya," tutur Mohamed al-Tawil, pria Palestina dengan keterbelakangan mental, kepada Anadolu Agency, Kamis (15/12/2017).

Al-Tawil, 29, mengakui ditahan selama satu jam di kawasan bisnis di pusat Hebron, Minggu (10/12) akhir pekan lalu.

"Setelah memukuli saya, mereka meninggalkan saya di jalanan," ungkapnya.

Baca Juga: Kutuk Trump, Tak Ada Festival Natal di Kampung Halaman Yesus

Meskipun telah disiksa, al-Tawil terus berkeliaran di distrik Kota Tua Hebron, di mana puluhan tentara Israel berjaga-jaga di pos pemeriksaan untuk menjaga permukiman Yahudi.

Kekinian, sekitar 800 warga Israel tinggal di Kota Tua Hebron, yang 20 persen wilayahnya dikuasai Israel, sementara 80 persen lainnya dikuasai otoritas Palestina.

Ayah al-Tewil, Khedir, mengungkapkan kepada Anadolu Agency bahwa putranya—meski berketerbelakangan mental—memang sering berkeliaran di wilayah tersebut.

"Ia dikenal oleh warga Al-Khalil [Hebron] dan sebagian besar pasukan Israel di Kota Tua. Meskipun mereka tahu kondisi al-Tawil, mereka tetap menahan bahkan memukuli dia," kata Khedir.

Khedir lantas meminta campur tangan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk menghentikan perlakuan sewenang-wenang tentara Israel terhadap penduduk Palestina di wilayah tersebut—khususnya terhadap warga yang berkebutuhan khusus.

Baca Juga: Makin 'Mesra', Putra Mahkota Saudi Diundang Melawat ke Israel

Foto penangkapan al-Tawil yang beredar luas di media sosial mengundang kecaman dari seluruh dunia.

Insiden ini terjadi di tengah memanasnya hubungan Israel-Palestina menyusul keputusan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada pekan lalu yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Yerusalem masih menjadi poros konflik kawasan Timur Tengah, karena orang-orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya di masa yang akan datang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI