"Paris adalah ibu kota Prancis; Yerusalem adalah ibu kota Israel. Kota ini sudah menjadi ibu kota Israel selama 3.000 tahun dan negara Yahudi selama 70 tahun."
PM Israel ini lantas mengatakan bahwa proses perdamaian baru bisa maju apabila Palestina bisa menerima bahwa "Yerusalem telah menjadi ibu kota bagi orang-orang Yahudi dan bukan ibu kota bagi negara yang lain".
Netanyahu juga berkata, dia dan Macron setuju "harus menghentikan sumber ketidakstabilan di Timur Tengah, yaitu Iran".
Dia menambahkan: "Iran mencoba untuk membuat basis angkatan darat, udara, dan laut di Suriah untuk memerangi dan menghancurkan Israel. Kami tidak akan memberi toleransi."
Baca Juga: Hujan Disertai Angin, Jakarta Kembali Diterpa Banjir
Selain panen kritik dan kecaman dari seluruh dunia, Presiden AS pada Rabu (6/12) pekan lalu mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Menurut Trump, Kementerian Dalam Negeri AS telah dikomando untuk mempersiapkan relokasi kedutaan besar AS di Israel, dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Perubahan dramatis dalam kebijakan Yerusalem dari Washington ini memicu demonstrasi di wilayah pendudukan Palestina, Turki, Mesir, Yordania, Algeria, Irak, Indonesia, dan negara-negara lainnya.
Yerusalem masih menjadi pusat konflik Israel-Palestina, dengan Palestina mengharapkan Yerusalem Timur—sekarang diduduki oleh Israel—menjadi ibu kota negara Palestina kelak.
Baca Juga: Polisi:Tidak Ada Penjarahan Rumah Pengungsi Gunung Agung