Suara.com - Gunung Agung 17 kali menghembuskan asap bertekanan sedang berwarna putih dan kelabu dengan ketinggian 300 hingga 1.500 meter dari atas kawah, sejak Pukul 00.01 WITA hingga Pukul 12.00 WITA.
"Sebanyak 17 kali hembusan asap ini juga terjadi satu kali letusan berwarna kelabu dengan ketinggian 500 hingga 2.000 meter di atas puncak kawah," kata Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gede Suantika di Posko Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Minggu.
Dengan adanya aktivitas seperti ini, kata Suantika, mengindikasikan pengisian lava di dalam kawah juga mengalami perlambatan.
"Kondisi aktivitas Gunung Agung baru dikatakan menurun apabila dilihat dari abu yang keluar. Kami juga masih memantau apakah ada suplai baru dari gempa yang terekam nanti," ungkapnya.
Baca Juga: Gunung Agung Meletus, Puluhan Ribu Orang Mengungsi
Untuk aktivitas kegempaan yang mendominasi saat ini adalah vulkanik dangkal sebanyak empat kali yang berkaitan dengan kepulan abu yang terjadi satu kali pada dini hari tadi dan gempa low frekuensi sebanyak tujuh kali dengan durasi 40 sampai 100 detik sejak Pukul 00.01 WITA hingga Pukul 12.00 WITA .
Suantika juga menerangkan, untuk mendeteksi adanya pergerakan magma biasanya ada timbul gempa tektonik lokal, namun saat ini masih sangat minim atau hanya terjadi satu hingga dua kali. "Untuk menurunkan status Gunung Agung ini, kami akan melakukan pendataan kembali hingga satu minggu ke depan," ungkapnya.
Berdasarkan perekaman dari seismograf, kata Suantika, aktivitas kegempaan Gunung Agung masih didominasi gempa di permukaan, artinya belum ada terlihat suplai baru dari pipa magma. "Abu yang keluar saat ini dari tekanan magma yang lama dengan kedalaman lima sampai 10 km," ujarnya.
Dia menuturkan, pada minggu lalu sempat mengalami penurunan aktivitas Gunung Agung pada 30 November 2017, namun tiba-tiba naik kembali pada 7-9 Desember 2017 dengan ditandai keluarnya abu vulkanik.
Hingga saat ini, kondisi Gunung Agung masih mengalami erupsi efusif, namun karakternya asap yang dikeluarkan dominan mengeluarkan uap air dibandingkan saat erupsi terjadi pada 25-29 November 2017 cenderung mengeluarkan abu dengan kabut tebal.
Baca Juga: Erupsi Gunung Agung, Detoksifikasi Tubuh dengan Minuman Ini
"Sedangkan saat ini jumlah abu yang dikeluarkan saat erupsi jauh lebih sedikit dibandingkan pada 25-29 November 2017 yang mengindikasikan aktivitas vulkanik mengalami penurunan," imbuhnya.
Pihaknya menegaskan pada Sabtu (9/12) lalu abu yang dikeluarkan Gunung Agung sangat sporadis dibandingkan saat erupsi pada 25-29 November 2017 yang mengeluarkan abu secara terus menerus dengan ketinggian abu mencapai 3.000 hingga 4.000 meter di atas kawah.
Pada erupsi itu, juga ditemukan munculnya lapili atau abu yang berbetuk bulat di Desa Ban dan Tianyar, Karangasem beberapa waktu lalu, akibat abu halus yang kontak dengan air hujan atau embun hujan sehingga membentuk butiran.
"Selama terjadi erupsi efusif ini, deformasi atau pengembungan perut Gunung Agung masih terjadi. Namum, lebih kecil dibandingkan menjelang 25-29 November 2017," tandasnya. (Antara)