Suara.com - Presiden Joko Widodo mendapat sebuah puisi berjudul "Khalifah Kami" dari seorang santri di Pondok Pesantren Tremas, Pacitan.
"Pak, boleh minta waktu tidak Pak, untuk membacakan puisi?" kata seorang santri bernama Ibnu Latif di Pesantren Tremas, Arjosari, Pacitan, Jawa Timur, Sabtu (9/12/2017).
"Jangan panjang-panjang. Sebentar, puisinya saya baca dulu 'nggeh'. Saya tidak bisa baca," kata Presiden setelah membaca secarik kertas yang dibawa Ibnu yang asal Banyumas tersebut.
Lantas, Ibnu pun dengan lantang membacakan puisinya.
"Khalifah kami. Di hari ini di Pondok Tremas yang kami cintai, datang bak seorang malaikat yang datang bagai merpati," kata Ibnu mengawali puisinya.
"Dengan anggun mengobati gerah hati ini, akibat air bah yang bertamu di pondok kami, dengan semangatnya memacu energi kami hati agar kuat menghadapi kenyataan ini. Kucium semerbak harum akan pengabdian sejati," sambung Ibnu.
"Beliaulah khalifah negeri ini. Bukan negeri Islam yang pasti, tapi negeri yang penuh cinta warna dan budaya. Beliaulah khalifah kami, pemimpin kami. Beliaulah Bapak Jokowi," tambah Ibnu.
Selesai membacakan puisi, Ibnu pun mendapatkan tepuk tangan dari ratusan santri dan santriwati lain yang menunggu di lapangan ponpes.
"Saya bawa ya, puisinya. Saya tidak bawa sepeda, tapi besok saya kirim sampai ke sini. Besok saya kirim. Nanti kasih alamatnya ya," kata Jokowi merespon pembacaan puisi itu, sambil tersenyum.
Kedatangan Presiden ke ponpes itu untuk meninjau lokasi bencana sekaligus memberikan bantuan kepada warga yang terkena banjir bandang akibat badai siklon Cempaka pada akhir November lalu.
Pacitan termasuk daerah yang cukup parah terkena bencana banjir dan longsor saat itu. Bencana itu bahkan mengakibatkan 25 orang meninggal dunia, serta puluhan rumah dan sekolah rusak.
Selain mengunjungi Pondok Pesantren Tremas, Presiden mengunjungi Pondok Pesantren Al Fattah Kikil di Desa Arjosari, Pacitan, yang juga terkena bencana banjir. [Antara]