Padahal, upaya perdaiaman itu telah lama dirintis oleh pejuang perdamaian (peace warriors), seperti Ishak Rabin (Israel), Yasir Arafat (Palestina).
Karenanya, Shamsi menegaskan, keputusan ini adalah pelecehan nyata terhadap upaya peradamaian di Timur Tengah.
”Harus disadari, konflik Timur Tengah, Israel-Palestina, menjadi sumber sentimen berbagai konflik di dunia, khususnya antara dunia Islam dan dunia Barat. Kebencian dan permusuhan, bahkan kekerasan-kekerasan timbul di mana-mana semuanya minimal terinspirasi oleh sentimen konflik Palestina-Israel. Dan salah satu isu terpenting, dan menjadi dasar sentimen agama di kedua belah pihak adalah, isu Jerusalem atau Al-Quds dalam bahasa Arabnya,” jelasnya.
Ia mengkhawatirkan, keputusan Trump itu justru memperdalam permusuhan dan menimbulkan konflik massif di Timur Tengah maupun kawasan lain.
Baca Juga: Hadassah Indonesia: Yerusalem Ibu Kota Israel Dulu dan Selamanya
“Donald Trump telah menyulutkan api ke dalam bara kebencian kepada Amerika di mana-mana,” tukasnya.
Perburuk Citra AS
Selain itu, Shamsi juga menilai keputusan Trump itu justru berdampak buruk bagi AS. Sebab, AS sejak lama dicurigai sebagai “tuan Israel”. Artinya, kebijakan-kebijakan buruk pemerintahan Israel dinilai sebagai bagian dari kebijakan Amerika.
Bahkan, kata dia, ada kecurigaan jika ekspansi Amerika ke Timur Tengah tujuannya adalah melapangkan jalan bagi Israel untuk semakin melakukan apa saja terhadap negara-negara tetangganya.
“Dengan keputusan Trump ini, kecurigaan itu seolah menjadi bukti nyata. Bukan lagi kecurigaan tapi telah terjadi di depan mata, bahwa Amerika memang selalu menjadi bemper kepentingan Israel,” terangnya.
Baca Juga: KPK Dituding Tidak Punya Alat Bukti Tetapkan Tersangka Setnov
Menurut Shamsi konsekuensinya adalah, AS akan menjadi ”bulan-bulanan” kebencian dan kemarahan dunia Islam