Hadassah Indonesia: Yerusalem Ibu Kota Israel Dulu dan Selamanya

Reza Gunadha Suara.Com
Kamis, 07 Desember 2017 | 13:13 WIB
Hadassah Indonesia: Yerusalem Ibu Kota Israel Dulu dan Selamanya
Logo Hadassah Indonesia [Suara.com/dok]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Amerika Serikat akhirnya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota yang sah negara Israel. Pengakuan yang dideklarasikan Presiden Donald Trump, Rabu (6/112/2017), tersebut menuai pro kontra di penjuru dunia.

Pemimpin dan warga dunia banyak yang mengecam, bahkan mengutuk pidato Trump. Mereka menilai, pengakuan AS itu menjadi dasar Israel terus melakukan pendudukan di wilayah Palestina. Sebab, Palestina sudah mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya kelak.

Namun, tak sedikit pula yang menilai pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah sah tanpa perlu Trump mendeklarasikannya.

Hadassah Indonesia, yayasan yang mengedukasi tentang keberagaman khususnya terkait Yahudi dan Israel, menilai Yerusalem sejak dulu sebenarnya sudah lekat dengan bangsa dan agamaYahudi.

Baca Juga: Reaksi Anak Ini Lucu Ketika Hidungnya Tergencet, Bikin Ngakak!

”Yerusalem sudah berkaitan sejak 4000 tahun yang lalu dengan bangsa Yahudi. Yerusalem dibangun oleh Raja Daud saat menjadi Raja Kerajaan Israel. Selama 33 tahun, Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel. Salomo, anak Daud membangun Bait Suci yang merupakan kiblat orang Yahudi di seluruh dunia,” jelas pendiri Hadassah Indonesia, Monique Rijkers kepada Suara.com, Kamis (7/12/2017).

Sebagai ibu kota Israel, Monique meyakini Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tak bakal mengubah status Yerusalem sebagai kota suci tiga agama arus utama tradisi Abrahamik: Yahudi, Kristen, dan Islam.

”Kita lihat saja, Masjid Kubah Emas dan Masjid Al Aqsha tetap berdiri, dan berada di bawah pengaturan oleh Dewan Wakaf Yordania. Status Yerusalem sebagai ibu kota ini hanya bersifat peneguhan dari keberadaan Yerusalem, yang selama ini sudah dikenal sebagai ibu kota Israel oleh banyak orang Yahudi dan Kristen,” ungkapnya.

Menurut Monique, pemerintah Indonesia boleh saja menolak deklarasi AS mengenai status Yerusalem.

”Tetapi, kalau dipikir-pikir lagi, apakah saat pemerintah akan memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Palangkaraya, Indonesia mau diintervensi oleh PBB dan negara lain? Tentu tidak, bukan? Yerusalem adalah ibu kota Israel, dulu, sekarang dan selamanya dengan atau tanpa pengakuan AS,” tegasnya.

Baca Juga: Dirlantas Polda Akui Ada Polisi Kawal Mobil Dewi Perssik

Karenanya, Monique meminta Indonesia sebaiknya berdiri di antara Israel dan Palestina guna menjadi mediator perdamaian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI