Suara.com - Rumah Agus Buhari (35) dan rumah Ketua Rukun Warga 2, Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Zainal Arifin, berjarak sekitar 500 meter. Mereka beda RT. Agus di RT 10, sedangkan Zainal tinggal di RT 9.
Walau beda RT, persoalan yang terjadi di daerah ini sama. Soal susahnya pemuda cari pekerjaan.
Ketika ditemui Suara.com, Agus yang menjabat ketua karang taruna Kampung Rawa tengah berada di depan rumah yang sekaligus dimanfaatkan menjadi warung kelontong. Warung ini menjadi mata pencaharian Agus dan istri.
Agus di kampung ini biasa dipanggil Agus Gondrong. Waktu wartawan Suara.com ngobrol dengan Agus, istrinya tengah duduk di lantai sambil mengupas kol.
Agus tahu banyak soal persoalan ketenagakerjaan.
Agus mengakui daerahnya dulu sering terjadi tawuran. Agus sudah tinggal di daerah ini selama sekitar dua puluh tahun.
"Iya jadi sudah dicap (sering tawuran)," kata Agus.
Ketika sedang berbincang-bincang, sesekali ada pembeli datang. Istri Agus segera berdiri untuk melayani. Sementara Agus yang menerima uang pembayaran.
Agus mengakui sebagian perusahaan tak mau menerima sebagian pemuda kampungnya. Alasannya macam-macam. Tapi yang paling diingatnya, pengurus perusahaan menganggap negatif pemuda-pemuda dari Johar Baru. Perusahaan takut kalau-kalau diterima kerja, mereka bikin ulah.
"Kalau dia lamar (pekerjaan), pasti stigmanya itu. Begitu dia masuk kerja, alasan perusahaan ya 'saatnya masuk kerja, dia tawuran lagi. Bikin malu perusahaan kan.' Ya stigmanya itu," kata dia.
Melihat persoalan itu, Agus dan karang taruna berusaha membantu semampunya.
"Kalau saya berusaha aja sih ya, berusaha untuk menghilangkan cap itu dengan stigma jika ada yang melamar terus dia punya stigma seperti itu kita membantu, 'Pak tolong pak ini,' saya anggap ini karang taruna jugalah," katanya.
Agus tak punya data rinci mengenai kasus penolakan yang dilakukan perusahaan. Dia juga tak pegang data soal jumlah orang yang menganggur di kampungnya. Dia hanya memperkirakan sekitar 75 persen pemuda yang nganggur.
Tapi menurut pengamatannya, jumlah pengangguran menurun terus.
"Terus kalau yang masih nganggur, ya bangsa sekitar 75 persen ya. Masih yang belum keterimalah ya," kata dia.
Menurut dia pemuda yang masih menganggur berusia 25 tahun sampai 35 tahun.
Agus selalu menasihati para pemuda kampungnya agar mengembangkan diri. Produktif dan kreatif.
Agus mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan peningkatan keterampilan, seperti membuat sepatu lukis, stik es krim daur ulang, hingga kerudung yang dilukis.
Stik es krim daur ulang dibentuk seperti rumah-rumahan yang dilengkapi dengan jam yang masih hidup. Kerudung polos jenis Paris berbentuk segi empat dilukis bunga dan daun untuk mempercantik.
Sepatu lukis biasanya dibuat dari sepatu berbahan kanvas putih, kemudian diwarnai dan digambar menggunakan kuas dan cat air.
Disnaker
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jakarta Priyono tidak tahu informasi mengenai adanya perusahaan yang menyeleksi calon pekerja berdasarkan tempat tinggal. Priyono menanggapi pernyataan Ketua RW 3, Johar Baru, Zainal Arifin.
"Wah, nggak ada info gitu. Nggak mungkin perusahan nolak warga (berdasarkan tempat tinggal)," ujar Priyono kepada Suara.com.
Sebelumnya, Zainal mengatakan banyak warganya yang melamar pekerjaan, namun ditolak perusahaan gara-gara berasal dari kawasan yang dicap sering terjadi tawuran.
Priyono menduga perusahaan tidak menerima pekerja dari kampung itu karena tidak sesuai kriteria. Misalnya, kata dia, perusahaan membutuhkan tenaga akunting, sedangkan pelamar hanya memiliki pengalaman di bidang sekuriti.
"Umpamanya yang dibutuhkan akunting, dia punya (pengalaman) satpam. Bukan semata-mata penduduk (Johar Baru) itu," kata Priyono.
Priyono menegaskan hingga saat ini belum ada perusahaan di Jakarta yang menolak calon pekerja karena tinggal di wilayah tertentu. Selain itu, ia juga menjawab keluhan warga soal tidak adanya peran pemerintah dalam penyaluran pekerjaan. Ia menjelaskan setiap pelatihan tenaga kerja yang diadakan Pemerintah DKI pasti bekerja sama dengan perusahaan.
"Kadang kita lakukan pelatihan, mungkin penempatanya di luar DKI (calon pekerja itu) nggak sanggup, ada juga. Sebelum melakukan pelatihan kita kerja sama sama perusahaan-perusahaan," kata Priyono.
Sebelumnya, Zainal meminta pemerintah menjembatani warganya yang ingin mencari pekerjaan.
"Karena kalau dilihat dari KTP-nya Kampung Rawa, Johar Baru jarang diterima. Itu langkah apa? dan pihak pemerintah yang harus menjembatani," ujar Zainal kepada Gubernur Anies Baswedan di Gedung Pertemuan Pertamina, Jalan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Hal itu diungkapkan Zainal pada acara kunjungan kerja gubernur dan wakil gubernur dengan jajaran Kota Administrasi Jakarta Pusat. (Handita Fajaresta)