Melihat persoalan itu, Agus dan karang taruna berusaha membantu semampunya.
"Kalau saya berusaha aja sih ya, berusaha untuk menghilangkan cap itu dengan stigma jika ada yang melamar terus dia punya stigma seperti itu kita membantu, 'Pak tolong pak ini,' saya anggap ini karang taruna jugalah," katanya.
Agus tak punya data rinci mengenai kasus penolakan yang dilakukan perusahaan. Dia juga tak pegang data soal jumlah orang yang menganggur di kampungnya. Dia hanya memperkirakan sekitar 75 persen pemuda yang nganggur.
Tapi menurut pengamatannya, jumlah pengangguran menurun terus.
"Terus kalau yang masih nganggur, ya bangsa sekitar 75 persen ya. Masih yang belum keterimalah ya," kata dia.
Menurut dia pemuda yang masih menganggur berusia 25 tahun sampai 35 tahun.
Agus selalu menasihati para pemuda kampungnya agar mengembangkan diri. Produktif dan kreatif.
Agus mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan peningkatan keterampilan, seperti membuat sepatu lukis, stik es krim daur ulang, hingga kerudung yang dilukis.
Stik es krim daur ulang dibentuk seperti rumah-rumahan yang dilengkapi dengan jam yang masih hidup. Kerudung polos jenis Paris berbentuk segi empat dilukis bunga dan daun untuk mempercantik.
Sepatu lukis biasanya dibuat dari sepatu berbahan kanvas putih, kemudian diwarnai dan digambar menggunakan kuas dan cat air.