Cerita dari Johar Baru, Kampung yang Pemudanya Susah Cari Kerja

Rabu, 06 Desember 2017 | 17:24 WIB
Cerita dari Johar Baru, Kampung yang Pemudanya Susah Cari Kerja
Ketua Rukun Warga 2, Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, Zainal Arifin [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wartawan Suara.com menemui Ketua Rukun Warga 2, Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, Zainal Arifin, di rumahnya, Jalan T, RT 9, Rabu (6/12/2017), siang.

Dia menerima kedatangan wartawan di ruang tamu. Waktu ditemui, Zainal mengenakan kaos warna putih dan hijau. Dia mengenakan sarung.

Nama Zainal menarik perhatian setelah dia bertemu Gubernur Jakarta Anies Baswedan, kemarin. Kepada Anies, dia berkata kalau sebagian pemuda di kampungnya susah cari kerja. Gara-garanya, perusahaan-perusahaan tak mau menerima pekerja dari kampung ini karena sering terjadi tawuran.

"Karena Johar Baru kan dianggapnya suka tawuran, seolah-olah, padahal kan sekarang nggak. Kejadian kan yang kemarin kan 2 September. Karena dianggap Kampung Rawa lembah hitam atau wilayah hitam. Banyak anak-anak kita mau lamar kerja diterima-diterima tapi katanya besok-besok nunggu panggilan, nggak tahunya nggak dipanggil-panggil," ujar Zainal kepada Suara.com.

"Yang mau kerja di bengkel motor dan mobil mereka juga sama (ditolak) , secara kasat mata mereka ditolak," Zainal menambahkan.

Di tengah wawancara, Zainal kedatangan tamu. Zainal mempersilakan warganya masuk ke dalam rumah. Lalu, Zainal melanjutkan cerita.

Salah satu pemuda yang ditolak perusahaan gara-gara dari Johar Baru tak lain putra Zainal sendiri.

"Anak saya habis wisuda, naruh lamaran beberapa dari bulan Mei, katanya tunggu dipanggil, ternyata nggak dipanggil-panggil, begitu lihat Kampung Rawa,anak saya kan sarjana bukan orang nggak sekolah," kata Zainal.

Zainal bersyukur, kemarin, dia bertemu Anies. Kesempatan itu dia manfaatkan untuk menyampaikan uneg-uneg. Zainal ini merangkap Sekretaris Nahdlatul Ulama Jakarta Pusat.

Kepada Anies, Zainal minta agar pemerintah mau mencarikan solusi bagi warga yang ingin cari kerja.

Memang benar, pemuda-pemuda kampung sana sudah mendapatkan pelatihan mereparasi AC, handphone, mesin sepeda motor, dan tata boga. Tapi, belum sepenuhnya menyelesaikan masalah pengangguran karena tak semua pemuda yang sudah terampil itu bisa membuka usaha sendiri. Mereka tetap ingin mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan.

"Makanya kami minta setidaknya ada rekomendasi dari camat atau lurah, minimal wali kota nggak papa. Makanya saya sengaja ngomong supaya ada perubahan," kata Zainal.

Di tengah perbincangan, Zainal menyuguhkan minuman. Lalu, dia mempersilakan tamu untuk menikmatinya.

Rekomendasi dari camat atau lurah ke perusahaan, menurut dia, merupakan salah solusi terbaik untuk sekarang.

"Solusi agar perusahaan dengan cara pemerintah harus menjembatani dengan swasta dan diseleksi melalui kelurahan, RT RW juga ikut merekomendasikan," kata dia.

Ketika ditanya berapa jumlah pemuda yang ditolak perusahaan, Zainal tak berani menyebut. Dia belum punya catatan resmi.

Zainal mengatakan umumnya pemuda-pemuda di kampungnya ber latar belakang pendidikan SMP dan SMA. Tapi, anak dari Zainal yang juga belum dapat kerja, tamatan universitas.

Zainal tak habis pikir kenapa alasan perusahaan tak menerima pemuda kampungnya karena soal tawuran. Padahal, kata dia, sebenarnya tawuran disebabkan orang luar kampung.

"Dulu awalnya sering diadu domba pihak luar karena pernah ada yang ketangkep basah, pas dicek ktpnya Pulogadung sama Rawamangun. Jadi ada yang mecahin botol aja jadi ribut jadi tawuran," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI