Memang benar, pemuda-pemuda kampung sana sudah mendapatkan pelatihan mereparasi AC, handphone, mesin sepeda motor, dan tata boga. Tapi, belum sepenuhnya menyelesaikan masalah pengangguran karena tak semua pemuda yang sudah terampil itu bisa membuka usaha sendiri. Mereka tetap ingin mencari pekerjaan di perusahaan-perusahaan.
"Makanya kami minta setidaknya ada rekomendasi dari camat atau lurah, minimal wali kota nggak papa. Makanya saya sengaja ngomong supaya ada perubahan," kata Zainal.
Di tengah perbincangan, Zainal menyuguhkan minuman. Lalu, dia mempersilakan tamu untuk menikmatinya.
Rekomendasi dari camat atau lurah ke perusahaan, menurut dia, merupakan salah solusi terbaik untuk sekarang.
"Solusi agar perusahaan dengan cara pemerintah harus menjembatani dengan swasta dan diseleksi melalui kelurahan, RT RW juga ikut merekomendasikan," kata dia.
Ketika ditanya berapa jumlah pemuda yang ditolak perusahaan, Zainal tak berani menyebut. Dia belum punya catatan resmi.
Zainal mengatakan umumnya pemuda-pemuda di kampungnya ber latar belakang pendidikan SMP dan SMA. Tapi, anak dari Zainal yang juga belum dapat kerja, tamatan universitas.
Zainal tak habis pikir kenapa alasan perusahaan tak menerima pemuda kampungnya karena soal tawuran. Padahal, kata dia, sebenarnya tawuran disebabkan orang luar kampung.
"Dulu awalnya sering diadu domba pihak luar karena pernah ada yang ketangkep basah, pas dicek ktpnya Pulogadung sama Rawamangun. Jadi ada yang mecahin botol aja jadi ribut jadi tawuran," kata dia.