Partai-partai lain sudah berkoalisi mengusung kandidat di pilkada Jawa Barat. Tapi, hingga saat ini, Partai Gerindra belum juga menentukan sikap.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengungkapkan ada beberapa opsi yang masih dijajaki. Pertama, mengusung calon sendiri, tapi masih terkait dengan pasangan yang diusung Partai Demokrat, yakni Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu.
"Disana ada faktor pak Syaikhu yang diusung dengan Kang Deddy Mizwar oleh Demokrat," kata Ferry di Sari Pan Pasific Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Kedua, Gerindra menunggu dinamika politik yang berlangsung di internal Partai Golkar. Menurut Ferry dorongan dari luar Golkar agar mereka sesegera mungkin menyelenggarakan musyawarah nasional luar biasa untuk memilih ketua umum pengganti Setya Novanto bisa mempengaruhi keputusan mereka di pilkada Jawa Barat. Seperti diketahui, pada saat ini, Golkar sudah deklarasi mengusung Ridwan Kamil dan Daniel Mutaqien.
"Adanya dorongan dari luar partai Golkar, ada dorongan dari Ketua DPD II Partai Golkar, terutama Jabar Pak Dedi Mulyadi ikut aktif mendorong Munaslub. Saya nggak tahu kapan munaslub, tapi kalau bacaan kami munaslub mengubah ketum Partai Golkar dan mengubah pilihan di Jawa Barat," tutur Ferry.
Jika munaslub Golkar dilaksanakan sebelum masa pendaftaran pasangan calon ke KPUD, kata Ferry, peluang terjadi perubahan keputusan sangat lebar.
"Misalnya yang semula RK (Ridwan) beralih lagi ke Dedi Mulyadi yang juga ketua DPD Jabar. Dinamika ini oleh partai Gerindra lagi dicermati," ujar Ferry.
Survei Poltracking
Lembaga Poltracking merilis hasil survei periode 10 hingga 15 November 2017 tentang elektabilitas kandidat menjelang pilkada Jawa Barat. Ridwan Kamil berada pada posisi teratas dibanding Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.
"Dalam simulasi tiga nama kandidat Ridwan Kamil (46,8) persen, adalah kandidat dengan tingkat elektabilitas tertinggi di antara semua kandidat dalam simulasi. Selanjutnya diikuti elektabilitas Deddy Mizwar (27,6) persen, Dedi Mulyadi (10,3) persen. Dua kandidat tertinggi ini memiliki gap elektabilitas signifikan di angka 19,2 persen," kata Direktur Utama Poltracking Hanta Yuda.
Melihat hasil survei tersebut, Ferry belum puas. Sebab, setelah tanggal 15 November -- survei tersebut dilakukan -- banyak dinamika politik yang terjadi, termasuk di internal Partai Golkar.
Menurut Ferry kasus Setya Novanto berpengaruh pada elektabilitas Ridwan Kamil.
"Peristiwa penahanan Ketum partai Golkar (Setya Novanto) itu pasti jadi pengaruh besar. Karena memang kebetulan Pak RK sudah melakukan pemasangan gambar-gambar yang disitu digambarkan dengan Ketum Partai Golkar. Itu akan kita lihat suvei internal Gerindra," kata Ferry.
Selain itu, Gerindra juga mempelajari dinamika yang terjadi antara PDI Perjuangan dan Nasional Demokrat di Jawa Barat. Kedua partai ini tidak berkoalisi.
"Dinamika Nasdem dan PDIP juga menarik. Seharusnya sebagai partai pendukung Pemerintah memiliki prevensi yang sama. Seharusnya PDIP dan Nasdem bisa satu perahu. kita sedang menyelidiki kenapa ada perbedaan itu," kata Ferry.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengungkapkan ada beberapa opsi yang masih dijajaki. Pertama, mengusung calon sendiri, tapi masih terkait dengan pasangan yang diusung Partai Demokrat, yakni Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu.
"Disana ada faktor pak Syaikhu yang diusung dengan Kang Deddy Mizwar oleh Demokrat," kata Ferry di Sari Pan Pasific Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Kedua, Gerindra menunggu dinamika politik yang berlangsung di internal Partai Golkar. Menurut Ferry dorongan dari luar Golkar agar mereka sesegera mungkin menyelenggarakan musyawarah nasional luar biasa untuk memilih ketua umum pengganti Setya Novanto bisa mempengaruhi keputusan mereka di pilkada Jawa Barat. Seperti diketahui, pada saat ini, Golkar sudah deklarasi mengusung Ridwan Kamil dan Daniel Mutaqien.
"Adanya dorongan dari luar partai Golkar, ada dorongan dari Ketua DPD II Partai Golkar, terutama Jabar Pak Dedi Mulyadi ikut aktif mendorong Munaslub. Saya nggak tahu kapan munaslub, tapi kalau bacaan kami munaslub mengubah ketum Partai Golkar dan mengubah pilihan di Jawa Barat," tutur Ferry.
Jika munaslub Golkar dilaksanakan sebelum masa pendaftaran pasangan calon ke KPUD, kata Ferry, peluang terjadi perubahan keputusan sangat lebar.
"Misalnya yang semula RK (Ridwan) beralih lagi ke Dedi Mulyadi yang juga ketua DPD Jabar. Dinamika ini oleh partai Gerindra lagi dicermati," ujar Ferry.
Survei Poltracking
Lembaga Poltracking merilis hasil survei periode 10 hingga 15 November 2017 tentang elektabilitas kandidat menjelang pilkada Jawa Barat. Ridwan Kamil berada pada posisi teratas dibanding Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.
"Dalam simulasi tiga nama kandidat Ridwan Kamil (46,8) persen, adalah kandidat dengan tingkat elektabilitas tertinggi di antara semua kandidat dalam simulasi. Selanjutnya diikuti elektabilitas Deddy Mizwar (27,6) persen, Dedi Mulyadi (10,3) persen. Dua kandidat tertinggi ini memiliki gap elektabilitas signifikan di angka 19,2 persen," kata Direktur Utama Poltracking Hanta Yuda.
Melihat hasil survei tersebut, Ferry belum puas. Sebab, setelah tanggal 15 November -- survei tersebut dilakukan -- banyak dinamika politik yang terjadi, termasuk di internal Partai Golkar.
Menurut Ferry kasus Setya Novanto berpengaruh pada elektabilitas Ridwan Kamil.
"Peristiwa penahanan Ketum partai Golkar (Setya Novanto) itu pasti jadi pengaruh besar. Karena memang kebetulan Pak RK sudah melakukan pemasangan gambar-gambar yang disitu digambarkan dengan Ketum Partai Golkar. Itu akan kita lihat suvei internal Gerindra," kata Ferry.
Selain itu, Gerindra juga mempelajari dinamika yang terjadi antara PDI Perjuangan dan Nasional Demokrat di Jawa Barat. Kedua partai ini tidak berkoalisi.
"Dinamika Nasdem dan PDIP juga menarik. Seharusnya sebagai partai pendukung Pemerintah memiliki prevensi yang sama. Seharusnya PDIP dan Nasdem bisa satu perahu. kita sedang menyelidiki kenapa ada perbedaan itu," kata Ferry.
Golkar makin pede
Survei Poltracking semakin membuat Partai Golkar yakin mengusung pasangan Ridwan Kamil - Danie Mutaqien.
"Memang kalau dilihat elektabilitas Kang Emil (Ridwan) ini membuktikan bahwa kang Emil masih sangat kuat untuk saat ini, kita tahu ini snap shot untuk membaca saat ini," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar TB Ace.
Dibanding dengan sejumlah kandidat lain, posisi elektabilitas Ridwan berada pada posisi teratas, 46,8 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan Deddy Mizwar 27,6 persen dan Dedi Mulyadi 10,3 persen. Hasil ini berdasarkan simulasi pertarungan tiga bakal calon.
"Tentu ini semakin mengonfirmasi atas pilihan parati Golkar, kenapa Partai Golkar ditujukan kepada Kang Emil," ujar Ace.
Menurut Ace pertimbangan memilih Ridwan bukan saja terkait tingkat elektabitas Ridwan yang paling tinggi, tetapi juga melihat tren elektabilitas kader Golkar Dedi Mulyadi yang tidak cukup bagus untuk bertarung.
Partai Golkar menunjuk Daniel menjadi calon pendamping Ridwan karena dia diyakini dapat menambah kontribusi suara.
"Daniel Mutaqiem ini memberikan kontribusi terhadap elektabilitas dari kang Emil. Kalau kita melihat tadi survei, kita lihat simulasinya, head to head antara kang Emil-Daniel, Kang Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu, kan ternyata elektabilitas pasangan kami sangat besar," tutur Ace.
"Kalau kita lihat dari segi kontribusi elektoral Emil, saya kira pasangan Emil - Daniel ini adalah pasangan yang tepat. Oleh karena itu Golkar tepat sekali mengusulkan nama Daniel Mutaqien sebagai calon Wakil Gubernur," Ace menambahkan.
Survei dilaksanakan tanggal 10-15 November 2017 dengan melibatkan 1200 responden. Adapun tingkat kepercayaan survei yaitu 95 persen dengan margin of error kurang lebih 2,8 persen.
Survei Poltracking semakin membuat Partai Golkar yakin mengusung pasangan Ridwan Kamil - Danie Mutaqien.
"Memang kalau dilihat elektabilitas Kang Emil (Ridwan) ini membuktikan bahwa kang Emil masih sangat kuat untuk saat ini, kita tahu ini snap shot untuk membaca saat ini," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar TB Ace.
Dibanding dengan sejumlah kandidat lain, posisi elektabilitas Ridwan berada pada posisi teratas, 46,8 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan Deddy Mizwar 27,6 persen dan Dedi Mulyadi 10,3 persen. Hasil ini berdasarkan simulasi pertarungan tiga bakal calon.
"Tentu ini semakin mengonfirmasi atas pilihan parati Golkar, kenapa Partai Golkar ditujukan kepada Kang Emil," ujar Ace.
Menurut Ace pertimbangan memilih Ridwan bukan saja terkait tingkat elektabitas Ridwan yang paling tinggi, tetapi juga melihat tren elektabilitas kader Golkar Dedi Mulyadi yang tidak cukup bagus untuk bertarung.
Partai Golkar menunjuk Daniel menjadi calon pendamping Ridwan karena dia diyakini dapat menambah kontribusi suara.
"Daniel Mutaqiem ini memberikan kontribusi terhadap elektabilitas dari kang Emil. Kalau kita melihat tadi survei, kita lihat simulasinya, head to head antara kang Emil-Daniel, Kang Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu, kan ternyata elektabilitas pasangan kami sangat besar," tutur Ace.
"Kalau kita lihat dari segi kontribusi elektoral Emil, saya kira pasangan Emil - Daniel ini adalah pasangan yang tepat. Oleh karena itu Golkar tepat sekali mengusulkan nama Daniel Mutaqien sebagai calon Wakil Gubernur," Ace menambahkan.
Survei dilaksanakan tanggal 10-15 November 2017 dengan melibatkan 1200 responden. Adapun tingkat kepercayaan survei yaitu 95 persen dengan margin of error kurang lebih 2,8 persen.