Perang Agresi Arab Saudi Berlanjut, Tembaki Istana Presiden Yaman

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 05 Desember 2017 | 15:19 WIB
Perang Agresi Arab Saudi Berlanjut, Tembaki Istana Presiden Yaman
ILUSTRASI - Serangan bom di hotel Yaman. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jet tempur milik pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi dilaporkan terus melancarkan perang agresi ke Yaman. Bahkan, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (5/12/2017), mereka menembaki Istana Presiden di ibu kota Sanaa.

Menurut informasi yang didapat dari saksi mata di lokasi, pasukan koalisi melancarkan serangan udara intensif ke beberapa titik milik Houthi, termasuk Istana Presiden di daerah At-Tahrir, Sanaa.

Berdasarkan saksi mata, pasukan koalisi menembakkan delapan serangan udara ke Istana Kepresidenan yang untuk kali pertama dibom oleh pasukan koalisi. Serangan tersebut juga menyebabkan kerusakan bangunan di sekitar.

Baca Juga: Pilot Lion Air Ditangkap saat Sedang Isap Sabu-sabu

Selain itu, pasukan kelompok Saudi juga dilaporkan melakukan enam serangan udara ke kediaman presiden di Distrik Al-Sabeen, selatan Sanaa, dan dua serangan ke Sekolah Polisi dan Police Officers' Club di pusat ibu kota.

Sebelumnya, pemimpin kelompok Houthi Yaman merayakan kematian mantan presiden Ali Abdullah Saleh, sebagai kemenangan terhadap plot perang agresi yang dilakukan Arab Saudi.

Saleh sejak sepekan terakhir memutuskan tak lagi mendukung milisi Houthi, dan justru berpaling mendukung perang agresi Arab Saudi.

Partai Kongres Rakyat Umum (GPC), seperti dilansir Al Jazeera, mengonfirmasi kematian pemimpin mereka itu. Saleh ditembak mati setelah rombongan mobilnya diadang milisi Houthi, Senin (4/12).

Dalam siaran televisi Al Masirah TV, pemimpin milisi Houthi, yakni Abdul Malik al-Houthi, mengatakan pihaknya membunuh Saleh karena pengkhianatannya terhadap rakyat Yaman.

Baca Juga: Ini yang Dilakukan KPI Usai Sam Aliano Laporkan Metro TV

"Saleh telah mengkhianati ribuan rakyat Houthi yang menjadi mayat karena dibunuh oleh tentara Saudi. Ia berkhianat dan mau bekerja sama dengan Saudi untuk meneruskan perang di negeri ini," kata Abdul Malik.

Abdul Malik juga mengungkapkan, telah mengalahkan gerombolan loyalis Saleh dalam tiga hari peperangan.

Ia lantas meminta sisa-sisa milisi pengikut Saleh meletakkan senjata dan balik mendukung perjuangan rakyat Yaman untuk mengusir penjajah Saudi.

Tak hanya itu, Abdul Malik juga memastikan milisi Houti tak bakal menyerang GPC untuk membalas pengkhianatan Saleh.

"Masalah kami bukanlah dengan GPC sebagai institusi partai atau anggota-anggotanya. Masalah rakyat Yaman adalah penjajahan Saudi," tegasnya.

Selain itu, ia juga menegaskan Houthi tetap memegang kendali kekuasaan atas seluruh wilayah Yaman.

Tanpa menyebut nama Saleh, Abdul Malik juga mengungkapkan sudah mengetahui sejumlah komunikasi antara mantan presiden itu dengan tentara koalisi Saudi.

Ia membeberkan, sudah beberapa kali memberikan peringatan kepada Saleh agar tak menjalin komunikasi dengan Saudi dan tidak mengkhianati rakyat Yaman.

"Tapi dia tak menggubris peringatan kami. Kematiannya, akan dirayakan oleh rakyat Yaman sebagai kemenangan kecil melawan tipu muslihat Saudi," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI