Bahrun Naim, Jalan Sunyi Seorang Teroris

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 05 Desember 2017 | 13:59 WIB
Bahrun Naim, Jalan Sunyi Seorang Teroris
Bahrun Naim [Facebook]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak Senin (4/12/2017 awal pekan ini, nama Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo kembali ramai dibicarakan. Mantan tersangka teroris ini dilaporkan tewas dalam pertempuran di Suriah pada 30 November.

Meski isu kematian Bahrun sudah ramai dikabarkan di media sosial sejak Senin, kepolisian belum dapat memastikan kebenarannya.

Kapolri Tito Karnavian, seperti dilansir Anadolu Agency, Selasa (5/12), menegaskan polisi masih mencari sumber resmi akurat yang dapat mengkonfirmasi seperti counterpart Kepolisian Republik Indonesia (Polri) di AS, Rusia, negara Arab, dan Inggris.

"Maka itu kami belum bisa pastikan, kecuali ada orang kami yang melihat dengan mata kepala sendiri, baru kami anggap infonya reliable," kata Tito di Jakarta, Selasa.

Baca Juga: Marah Lihat Tayangan Metro TV, Sam Aliano Lapor ke KPI

Tito menilai, kabar tewasnya teroris asal Indonesia Bahrun yang viral di media sosial merupakan upaya Bahrun mengelabui aparat penegak hukum.

“Bisa saja ia betul meninggal, bisa juga itu trik supaya tidak dikejar polisi,” tukasnya.

Menurut Tito, pengelabuan ini karena krusialnya peran Bahrun sebagai perantara kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang bercokol di Suriah dengan kelompok teroris lain di Indonesia.

Siapakah Bahrun Naim?

Bahrun lahir di Pekalongan pada tanggal 6 September 1983. Dia adalah lulusan program D-3 Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret.

Baca Juga: Luis Milla Bicara Peluang Spanyol di Piala Dunia 2018

Dia merupakan eks narapidana kepemilikan senjata api dan bahan peledak dan ditangkap Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri pada November 2010.

Namun, dalam proses penyidikan, kepolisian tidak menemukan adanya keterkaitan dirinya dengan tindakan terorisme.

Akhirnya, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara 2 tahun 6 bulan bagi Naim karena melanggar Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1951 tentang Kepemilikan Senjata Api dan Bahan Peledak.

Bebas tahun 2012, nama Bahrun kembali tersangkut dengan terorisme setelah dianggap sebagai otak teror serangan bom Thamrin pada awal 2016.

Menurut keterangan kepolisian, Bahrun Naim adalah pimpinan Jaringan Ansharut Daulah Khilafah Nusantara (JADKN).

JADKN merupakan kelompok yang baru terbentuk Maret 2016 lalu. Kelompok ini berafiliasi dengan ISIS untuk membentuk jaringannya di Indonesia.

Peneliti terorisme Al Chaidar mengatakan, JADKN bukanlah kelompok yang mapan. Dia tidak memiliki struktur laiknya kelompok terror yang terogranisir.

“Organisasi itu hanya merekrut kelompok lonewolf di Indonesia,” ujar Al Chaidar kepada Anadolu Agency, Senin.

Pascakematian Bahrun Naim, Al Chaidar memprediksi JADKN akan ikut mati. Sebab, Bahrun tidak melakukan transformasi gerakan ke bawahannya.

Kepemimpinan Bahrun sangatlah personal tanpa diimbangi kemampuan anggota untuk melanjutkan tongkat estafet gerakan.

Satu-satunya pemikiran Bahrun yang tersisa hanyalah otobiografi dalam bentuk buku elektronik berjudul “Sebuah Perjalanan, Rahasia.”

Dalam catatan setebal 335 itu, kita bisa melihat sosok Bahrun dari dekat.

Bahrun membuka tulisannya dengan bab berjudul “Manifesto”. Dia mengatakan keputusan meluncurkan bukunya sudah dipertimbangkan secara mendalam.

“Secara umum, mungkin banyak di antara sahabat yang berpikir apakah tulisan ini tidak termasuk perkara amniyyah (rahasia) yang harus ditutup rapat? Hm.. Bagi penulis, ide-ide memang harus disebarkan secara luas,” tulis Bahrun dalam e-book yang diluncurkan tahun 2016 tersebut.

Bahrun juga mengakui tak memiliki keinginan menjadi pemimpin, meski sudah berada di ISIS. Dia mengaku tanggungjawabnya di ISIS sangatlah besar.

Bahrun juga mengidolakan Abu Muhammad al-Adnani yang menjadi ahli strategi gerakan ISIS. Berkali-kali Bahrun memotivasi anggota Daulah dengan mengutip pernyataan tokoh ISIS yang tewas tahun 2016 itu.

"Wahai muwahhid di mana pun kalian berada… Hambatlah mereka yang ingin membahayakan saudara-saudara dan Daulah kalian, semampu kalian,” pesan Adnani yang dinukil Bahrun.

Pengaruh Bahrun

Pengamat terorisme Harits Abu Ulya mengatakan jika benar Bahrun tewas, kematiannya tak banyak memiliki pengaruh di Indonesia.

Sebab, Bahrun hanyalah kombatan di struktur ISIS, bukan pemimpin seperti Bahrumsyah atau ideolog laiknya Aman Abdurrahman.

“Bahrun berusaha membangun jaringan sendiri, tapi gagal. Di sosial media intelijen dengan cepat menempel,” ujar Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) ini.

Namun, Harits mengakui Bahrun adalah anak yang pintar dengan talenta kemampuan teknologi. Hal itu bisa dilihat dalam otobiografi Bahrun yang menurunkan tulisan soal membuat roket, detonator, sabuk peledak, hacking, coding, dan lain sebagainya.

“Skill dia di lab,” ujar Harits.

Berbeda dengan pihak kepolisian, Harits menepis Bahrun memiliki peran besar dalam sejumlah aksi bom di Indonesia.

Aksi Bom Thamrin, menurut Harits, dilakukan oleh jaringan Aman Abdurrahman. Polisi telah menetapkan Aman sebagai tersangka.

“Bahrun tidak melakukan kontak dengan Aman,” kata Harits.

Bahrun menolak klaim sebagai otak bom Thamrin. Suaranya sempat menghebohkan dunia maya tak lama setelah terjadinya serangan.

Dalam rekaman berdurasi enam detik yang beredar di komunitas aktivis gerakan di Solo, Jawa Tengah, Bahrun berujar, “Lha, wong saya itu jarang online, dikira komunikasi, komunikasi dari Hong Kong?”.

Menurut Harits, aksi yang dilakukan jaringan Bahrun di Indonesia masih sebatas bom panci. Bahrun dinilai terlibat dalam serangan bom di Taman Pandawa, Cicendo, Bandung pada Februari lalu.

Hal ini diperkuat dengan catatan kepolsiian yang menyebut Yayat Cahdiyat, pelaku pelemparan bom panci di Cicendo, beraksi sesuai perintah Bahrun melalui surat telegram.

“Bahrun Naim menyerukan untuk berangkat ke Irak dan Suriah. Kalau tak bisa berangkat ‘Ayo jihad di daerah dan negara masing-masing’," ujar Boy Rafli yang saat itu menjabat Kadiv Humas Mabes Polri.

Harits menambahkan, kalau benar Bahrun tewas, maka semua dugaan dan tuduhan polisi terhadapnya sulit dibuktikan di pengadilan.

“Biar spekulasi terjawab, kepolisian melalui akses intelijen di lapangan yang mereka punya  bisa memvalidasi semua kebenaran berita tersebut,” ujar Harits.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI