'Abaikan' Hak Perempuan, Sekolah Ini Dipaksa Ditutup

Dythia Novianty Suara.Com
Selasa, 05 Desember 2017 | 07:00 WIB
'Abaikan' Hak Perempuan, Sekolah Ini Dipaksa Ditutup
Ilustrasi kekerasan perempuan. [Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kesetaraan antara perempuan-lelaki memang belum diterapkan di semua tempat, seperti di Cina. Sebuah sekolah dimana mengirimkan istri mereka untuk belajar "kebajikan perempuan", seperti pekerjaan rumah tangga dan nilai yang menekankan untuk sedikit berbicara, bekerja lebih banyak. Seiring dengan perkembangan zaman, sekolah ini telah dipaksa ditutup.

Menurut laporan berita setempat dikutip Telegraph, para pengajar di institut di Cina utara mengecam perempuan karena memakai make-up atau berambisi dalam karir. Nyawa para kaum hawa pun terancam jika mereka berhubungan seks dengan lebih dari tiga orang.

Sekolah tersebut didirikan oleh Kang Jinsheng, yang dipenjara karena pembunuhan hampir tiga puluh tahun lalu, sebelum terinspirasi oleh ajaran tentang "nilai budaya tradisional Tiongkok". Dia meluncurkan Asosiasi Nilai Tradisional Fushun di provinsi Liaoning utara pada tahun 2011 dan sejak itu, mendirikan tiga cabang lainnya di Cina.

Menurut Liaoshen Evening News, para pengajar di sekolah Fushun memerintahkan para perempuan untuk memulai delapan jam menjalani tugas rumah tangga secara intens, mulai pukul 04:30 waktu setempat.

Baca Juga: Akibat Salah Kostum, Perempuan Ini Gagal Bunuh Diri

Ada juga ajaran yang lebih menyeramkan bagi perempuan, seperti menyuruh mereka untuk tidak memukul balik saat lelaki melaangkan kekerasan.

Sekolah tersebut menjadi pusat perhatian pihak berwenang setelah video di sekolah tersebut beredar viral di media sosial Cina. Departemen pendidikan Fushun mengatakan dalam sebuah media sosial bahwa ajarannya bertentangan dengan nilai-nilai inti sosialis dan bahwa hal itu akan menghentikan fenomena yang melanggar nilai inti sosialisme.

Media Cina melaporkan bahwa pejabat setempat telah mengizinkan institut tersebut dibentuk sebagai 'asosiasi', namun bukan untuk mengajar siswa.

Sejumlah sekolah yang mengajarkan 'Kebajikan feminin tradisional' telah didirikan di Cina dalam beberapa tahun terakhir, kutip surat kabar The Global Times.

Surat kabar tersebut mengatakan, mengutip laporan media lokal bahwa alih-alih mempromosikan kesetaraan gender, sekolah-sekolah ini memberi tahu siswa bahwa seorang perempuan harus menghormati ayahnya, suami dan anak lelaki tanpa syarat dan bahwa perempuan harus berada di bawah lelaki.

Baca Juga: Serukan Perkosa Perempuan Pemakai Celana Jin, Pengacara Dipenjara

Beberapa perempuan dikirim ke institut tersebut oleh suami mereka, sementara yang lain dikirim oleh atasan perusahaan mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI