Membangun Ex-MNA
Jalan hidup Syed kembali berubah ketika ia bersamuh seorang perempuan bernama Sarah Haider dalam sebuah acara.
Sarah lahir di Pakistan tapi tumbuh besar di Texas. Sarah ternyata jauh mendahului Syed. Ia telah menyatakan keluar dari Islam sejak berusia 15 atau 16 tahun.
"Aku sempat tak percaya ketika bertemu Syed dan ia mengatakan dirinya adalah ateis. Kupikir ia bercanda. Tapi ketika dia bersungguh-sungguh, aku terkejut," kenang Sarah mengenai pertemuan pertamanya dengan Syed.
Baca Juga: SOKSI Deklarasi Dukung Airlangga Calon Ketum Partai Golkar
Berbeda dengan Syed, Sarah menceritakan orang tuanya tergolong "Konservatif kalau diperbandingkan dengan orang tua di negara Barat umumnya. Tapi mereka liberal dibanding orang tua Muslim."
Sarah mengatakan, orang tuanya tak pernah menghukum dirinya ketika menyatakan keluar dari Islam. Tapi, orang tuanya juga tak bergembira saat mengetahui keputusannya itu.
"Waktulah yang membuat orang tuaku memahami, bahwa semua ini adalah pilihan intelektualitasku, dan mereka meyakini harus menghormati hal tersebut," tukasnya.
Sarah mengakui banyak mengetahui rekan-rekannya sesama eks-Muslim yang tak sedikit "dibuang" keluarga.
Merasa senasib sepenanggungan, Sarah dan Syed memutuskan untuk mencari dan berkenalan dengan mantan-mantan Muslim lainnya.
Baca Juga: Bali United Rekrut Dua Pemain Timnas U-19 Ini
Setelah merintis komunikasi melalui dunia maya, Syed dan Sarah mengajak mantan-mantan Muslim kenalannya bertemu.
"Tidak mudah, bahkan amat menakutkan bagi mereka untuk bertemu. Kami harus berhati-hati, membujuk mereka melalui telepon untuk mau bertemu. Mereka khawatir menjadi sasaran kaum fundamentalis," terangnya.
Syed menambahkan kisah pengalaman yang dituturkan Sarah mengenai pertemuan pertama sesama eks-Muslim.
"Awalnya aku kurang setuju pada ide pertemuan itu. Sangat menegangkan. Bahkan, saat pertemuan, ada orang yang masuk kamar mandi lama sekali. Aku bercanda kepada Sarah dengan mengatakan, 'mungkin orang itu tengah menyiapkan senjatanya untuk kita," tutur Syed.
Namun, kekhawatiran mereka tak terbukti. Orang yang lama masuk kamar mandi itu keluar dan kembali mengikuti "kopi darat" tersebut.
Hal yang mengejutkan Sarah dan Syed adalah, pertemuan itu ramai tersebar dan menarik perhatian eks-Muslim lainnya untuk bergabung.
"Dalam pertemuan, tak sedikit dari teman-teman yang menceritakan pengalaman buruknya sembari menangis," tukas Syed.
Karena semakin banyak yang mengikuti pertemuan, Syed dan Sarah memunyai ide lain, yakni mengadakan pertemuan-pertemuan serupa di kota-kota lain.
Akhirnya, tahun 2013, mereka membangun organisasi "Ex-Muslim of North America" atau disingkat "Ex-MNA", yang bermisi menaungi orang-orang murtad.
Tahun demi tahun mereka merintis Ex-MNA untuk menolong sesama, hingga akhirnya mampu menghimpun 1.000 mantan Muslim yang tersebar di 25 kota AS.
Sejak memimpin kelompok tersebut, Syed dan Sarah sering malam-malam ditelepon oleh mantan Muslim yang mengakui menjadi sasaran kekerasan karena keputusan mereka. Ada juga yang tak kuat menjadi korban persekusi sehingga hendak bunuh diri.
Tak hanya itu, Sarah dan Syed juga banyak menerima ancaman dari orang-orang yang tak menyukai aktivitas mereka.
"Ya,ancaman itu biasanya dikirim kepada kami melalui media sosial atau surat elektronik," tukas Syed.
***
Suatu Minggu malam di ibu kota AS, Washington DC, satu polisi duduk di pintu ruangan bernomor 309 di Marvin Center, George Washington University.
Polisi itu menjaga sekitar 50 orang di dalam ruang pertemuan. Puluhan perempuan, laki-laki, pemuda maupun orang tua dan lintas ras, tampak menunggu kunjungan aktivis Ex-MNA.
Pada pertemuan itu, Syed tampil sebagai pembicara. Ia juga ditemani eks-Muslim dari Inggris, Imtiaz Shams, yang juga aktivis Faith to Faithless. Organisasi ini membantu orang-orang yang mau terlepas dari agamanya.
Dalam pertemuan tersebut, Syed mengkritik Islam dari berbagai aspeknya. Namun, ia juga mengakui tak semua ajaran Islam buruk.
"Ada keindahan dalam Islam yang bisa kalian temukan. Ya, Islam adalah campuran dari banyak gagasan. Satu dari beberapa kebaikan Islam adalah, menekankan agar senantiasa beramal sedekah," tuturnya.