Mensos: Bencana Alam Munculkan "Jamila"

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Minggu, 03 Desember 2017 | 15:46 WIB
Mensos: Bencana Alam Munculkan "Jamila"
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa [suara.com/Handita Fajaresta]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengemukakan bencana alam yang melanda sejumlah daerah di Indonesia dalam beberapa pekan terakhir memunculkan "jamila" alias jadi miskin lagi di kalangan masyarakat.

Pernyataan itu disampaikan calon gubernur Jawa Timur ini pada acara Jambore Nasional ke-2 Relawan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dome, Malang, Jawa Timur, Minggu (3/12/2017).

"Sekitar 80 persen dari warga yang terdampak bencana alam ini akhirnya berstatus jadi miskin lagi alias jamila. Meski sebelumnya mereka sudah masuk kategori sejahtera," kata Khofifah.

Berdasarkan pemetaan wilayah yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kata Khofifah, selama Desember 2017, ada 323 kota dan kabupaten di Indonesia yang berisiko tinggi terhadap bencana alam, mulai dari banjir, gunung meletus dan tanah longsor.

Baca Juga: Sandiaga Pastikan Program DKI Selaras dengan Pemerintah Pusat

Penanganan pada tahap tanggap darurat harus jadi prioritas, termasuk bantuan pangan dari pemerintah. Pemerintah Daerah harus mau mengeluarkan keputusan Tanggap Darurat agar bisa mengeluarkan cadangan pangan di gudang Bulog.

Untuk tingkat kota dan kabupaten, katanya, cadangan pangan bagi masyarakat yang bisa dikeluarkan di bawah 100 ton, untuk tingkat provinsi hingga 200 ton, dan di atas 200 ton harus melalui Kementerian Sosial.

"Saya kira prosedur sudah sangat jelas, sehingga kepala daerah tidak perlu ragu. Jika beras cadangan yang dikeluarkan untuk penanganan bencana alam itu tidak mencukup, bisa mengajukan ke Kemsos," ujarnya.

Sebelumnya, Khofifah mengemukakan jika angka pengungsian hingga September 2017 mencapai 3,2 juta jiwa. Angka tersebut naik signifikan jika dibanding tahun 2016 yang hanya 2,7 juta jiwa dan 2015 mencapai 1,2 juta.

Sementara itu, Wakil Rektor 1 UMM Prof Syamsul Arifin mengatakan, keberadaan Muhammadiyah Disaster Menagament Center (MDMC) dan para relawannya sangat dibutuhkan karena Indonesia adalah negara rawan bencana.

Baca Juga: Din Ingatkan Warga Muhammadiyah Ikut Tertibkan Dunia

"Harapan kami, MDMC mampu mengatasi dan menangani setiap terjadi bencana alam, sekaligus melakukan kegiatan penting lainnya, seperti meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap bencana, apalagi MDMC menjadi frontliner hari relawan yang diinisiasi tahun 2016 di Yogyakarta," ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI