Reuni 212, Kapitalisasi Sentimen Agama dalam Politik

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 02 Desember 2017 | 14:06 WIB
Reuni 212, Kapitalisasi Sentimen Agama dalam Politik
Acara Reuni Akbar 212 di Halaman Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (2/12/2017) [Suara.com/Bagus Santosa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Politikus senior PAN Amien Rais, dalam pidato politiknya juga mengkiritik kebijakan ekonomi politik rezim Jokowi-JK.

"Kita sampaikan ke Pak Jokowi, kalau begini dilarang berarti itu keterlaluan. Reklamasi itu gawat. Meikarta itu dajal. Investasi Freeport adalah aplus-aplusan (bergantian)," kata Amin.

Mantan Ketua MPR itu juga meminta Jokowi tidak menjual aset milik Indonesia kepada pihak asing.

"Jadi Pak Jokowi, jangan jual negeri ini kepada asing dan aseng (Tiongkok)," tukasnya.

Baca Juga: Reuni 212 Tak Seramai Aksi 2016, Fahri: Setannya Sudah Tak Ada

Padahal, sehari sebelumnya, Jumat (1/12), sekretaris panitia pelaksana acara tersebut, Gatot Saptono alias Muhammad Al Khatthath, memastikan acara tersebut tidak bermuatan politik.

Ia mengatakan, selain memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, reuni itu hanya untuk mensyukuri persatuan umat Islam pada aksi anti-Ahok tahun 2016.

" Reuni Akbar Alumni 212 bukan dalam konteks politik tertentu. Kami mengadakan ini sebagai bentuk syukur atas kebersatuan umat. Yang tidak mau bersyukur juga tidak apa-apa tidak datang, berdoa saja dari rumah,” tukas Gatot di Wisma PHI, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat.

Pemilu 2019

Sementara dua hari sebelumnya, Kamis (30/11), Kapolri Jenderal Tito Karnavian menilai acara reuni tersebut secara terang-terangan bermuatan politis.

Baca Juga: Fadli Zon Bantah Acara Reuni 212 di Monas Bersifat Politis

"Ini juga tidak akan jauh-jauh dari politik juga. Politik 2018/2019 (pemilihan umum). Sudahlah, ini pasti larinya ke arah politik 2018/2019," kata Tito seusai menghadiri acara di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI