"Aku tahu, dia adalah Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik dunia. Dia adalah pemimpin umat agama lain, tapi aku meyakini dia adalah orang bijak," tutur Arraf.
Ia mengatakan, beragam siksaan militer Myanmar terhadap komunitas Rohingya tidak bisa dibenarkan oleh agama apa pun, termasuk Katolik.
Karenanya, sang imam meyakini Sri Paus akan berada di pihak mereka.
"Kupikir, Paus Fransiskus bisa merasakan apa yang kami rasakan. Dan dia bisa mempertanyakan penyiksaan kepada pemerintah Myanmar dan menyelesaikan masalah kami secara damai," harapnya.
Baca Juga: Jelang Laga Kontra Brunei, Skuat Timnas Indonesia Belum Lengkap
Untuk diketahui, Caritas, sayap kemanusiaan Gereja Katolik Roma, membantu menyediakan makanan terhadap 40.000 keluarga Rohingya di kamp pengungsian Bangladesh.
"Dia datang... sebagai simbol rekonsiliasi. Kami berharap kunjungannya ini menimbulkan dampak positif, menciptakan solusi terbaik bagi krisis kemanusiaan ini," tutur direktur regional Caritas, James Gomes.
Paus Fransiskus mengunjungi Myanmar dan Bangladesh sejak 26 November hingga 2 Desember 2017. Sebelum mengunjungi kamp pengungsian di Bangladesh, ia menemui Konselor Aung San Suu Kyi dan militer Myanmar, meminta agar persekusi terhadap Rohingya dihentikan.