Selain dana hibah, dana anggaran untuk kunjungan kerja komisi-komisi DPRD yang diusulkan sekitar 107 miliar, juga dipangkas sebanyak Rp43.015.832 680. Akhirnya, dana kunker tersebut disahkan sebesar Rp67 miliar.
Dalam sidang paripurna itu, anggota DPRD dari Fraksi PDIP William Yani menginterupsi soal 73 Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan.
Ia mempermasalahkan gaji sekitar Rp24 juta untuk satu anggota TGUPP setiap bulannya.
Tim yang akan membantu Gubernur Anies Baswedan dan wakil Sandiaga Uno itu akan memakan dana APBD 2018 sebesar Rp28 miliar.
Baca Juga: Google Kena Tuntut Pengguna iPhone
"Hujan kritik" terhadap struktur APBD DKI 2018 tersebut, juga menjadi kehebohan di media-media sosial.
Banyak warganet menilai perancangan penggunaan dana rakyat oleh pemprov pada awal era Anies-Sandiaga tak seperti era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang terbilang sangat ketat dan fokus pada pelayanan publik.
“Aku rindu 'pemahaman nenek lu'" tulis warganet @dianrambe di Twitter, sembari menautkan berita mengenai 100 persen kenaikan anggaran sekretariat DPRD DKI.
Sementara akun @femimoza97831 menuliskan, “Dokumen ‘pemahaman nenek lu!’ akan menjadi dokumen bersejarah Indonesia. Warisan dari seorang Gubernur pejuang antikorupsi yang melawan semua tikus-tikus koruptor sampai titik darah penghabisan. Kapan lagi Indonesia akan punya pejabat yang berani terus terang dan frontal seperti ini?”
Frasa "pemahaman nenek lu" bermuasal dari coretan-coretan Ahok pada dokumen rancangan APBD tahun 2015. Persisnya pada dokumen program "Sosialisasi SK Gubernur DKI" yang diajukan DPRD senilai Rp8,8 triliun.
Baca Juga: Tulisan Misterius Berusia 240 Tahun Ditemukan dalam Patung Yesus
"Sewaktu gue lihat, apa-apaan nih! Gue kasih lingkaran terus tulis 'pemahaman nenek Lu!'. Apa yang mau disosialisasi dari SK Gubernur? Tinggal dilihat doang, makanya gue tulis 'Nenek lu!' di lingkaran. Balikin. Sudah baca 'nenek lu!' tersinggung kali mereka," tutur Ahok kepada wartawan, Selasa (3/3/2015) sore.