Suara.com - RBT, ayah yang tega menyetubuhi dan mencabuli kedua putrinya LP (16) dan L (14), dikenal tetangganya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, sebagai sosok yang sopan dan ramah.
Terkait perilaku tersebut, pakar Psikologi Anak Seto Mulyadi menilai, tingkah laku seperti itu kerap ditunjukkan seorang “predator seksual anak” agar aksi bejatnya tidak diketahui banyak orang.
"Banyak predator anak yang melakukan kekerasan seksual kelihatannya sebagai orang yang baik-baik. Itu untuk menutupi supaya perilaku, aksinya itu bisa berjalan mulus dan terus menerus," kata Seto Mulyadi kepada Suara.com, Kamis (30/11/2017).
Baca Juga: Berkasnya Lengkap, Kubu Setnov Minta Praperadilan Tak Digugurkan
Pria yang kerap disapa Kak Seto itu juga mengatakan, aksi persetubuhan dan pencabulan yang dilakukan RBT sudah termasuk bagian perilaku paedofil atau ketertarikan seksual terhadap anak-anak.
Menurutnya, ada kemungkinan motif RBT melakukan perbuatan bejat itu karena kecenderungan seksual yang tinggi. Karena faktor tersebut, kedua putrinya menjadi target pelampiasan.
"Artinya, tersangka mengalami sesuatu kecanduan seksual yang secara berlebihan, kemudian tidak ada penyaluran ke tempat yang lain, katakanlah peluang maksiat terdekat yang lebih mudah, bisa dengan cara pemaksaan yang lebih halus," kata Kak Seto.
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI ) juga menyampaikan, seharusnya warga lebih memerhatikan tingkah laku anak-anaknya yang menjadi korban.
Aksi perbuatan bejat RBT yang dilakukan selama bertahun-tahun itu tertutup rapat karena ada kemungkinan karena korban takut untuk menyampaikan kepada lingkungan sekitar tempat tinggal.
Baca Juga: APBD DKI 2018 Disahkan, TGUPP Dapat Gaji Rp24 Juta per Bulan
"Jadi pada anak tidak teridentifikasi, tidak terduga oleh orang di sekelilingnya. Kita harus sangat peduli terhadap korbannya. Anak-anak ini mungkin takut atau malu, kemudian mungkin nanti bapaknya marah atau sebagainya," jelasnya.