Suara.com - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) meminta semua pihak menjadikan pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2018 sebagai pesta demokrasi, bukan sarana pemecah belah kesatuan masyarakat.
"Bahkan sekarang terjadi polarisasi peristiwa Jakarta (Pilkada) ke Jawa Barat. Ini tidak bisa dipungkuri," kata Demiz saat menjadi pembicara dalam Expert Meeting "Menyongsong Pilkada Serentak yang Berkualitas di Lumbung Suara" di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Senin (27/11/2017).
Dalam paparannya, Demiz ingin Pilkada menjadi momentum untuk pesta demokrasi rakyat, bukan pemecah belah masyarakat.
"Saya kira kita harus melihat ini (Pilkada) betul-betul pesta demokrasi, enjoy. Bukan menciptakan perpecahan dalam masyarakat, apalagi seperti (Pilkada di) Jakarta yang lalu," tutur Demiz.
Baca Juga: Wisata Balai Kota Sepi, Begini 'Jurus' Sandi Dongkrak Pengunjung
Menurut Demiz, tidak ada upaya dari para elite politik untuk meredam konflik dampak Pilkada tersebut. Demiz menilai partai politik (parpol) belum mampu membudidayakan berpolitik dengan baik.
Selain itu, politik transaksional juga masih marak terjadi antara parpol atau kontestan Pilkada dengan masyarakat atau pengusaha.
Untuk itu, pada kesempatan ini Demiz mengajak kepada semua pihak agar menjadikan Pilkada sebagai ajang pesta demokrasi melalui kemeriahan politik yang santun dan damai.
Ia mengatakan Pilkada harus mencerminkan bahwa perjalanan demokrasi bangsa ini semakin maju, sehat, dan berkualitas.
"Ketika kampanye tahun 2013 lalu saya pernah mengatakan bahwa Pilkada ini, Pemilihan Gubenur ini tidak terlalu penting dalam hidup kita karena tidak berpengaruh secara langsung untuk kalian masuk surga atau neraka," kata dia.
Baca Juga: Sosok di Foto Ini Buat Netizen Salfok, Mirip Ibu "Pengabdi Setan"
"Yang penting itu bagaimana menjalin silaturahim di antara kalian dalam Pilkada ini dan itu berhubungan langsung dengan kalian masuk surga atau neraka," lanjut dia.