Salvation Army, satu denominasi kalangan Gereja Protestan yang terkenal dengan pelayanan sosialnya, menilai tingginya jumlah gelandangan di AS itu disebabkan kemiskinan dan pengangguran.
Kemiskinan dan sempitnya lapangan pekerjaan itu membuat warga susah membeli ataupun mengontrak tempat tinggal.
Selain itu, tingginya jumlah gelandangan juga berkorelasi dengan kesehatan fisik atau mental yang buruk, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, perjudian, keluarga dan kerusakan hubungan, dan penyebab lainnya.
Pada jalan-jalan kota New York, pusat finansial sekaligus kota terbesar di AS, gambaran mengenai kemiskinan dan keputusasaan warga tampak jelas.
Baca Juga: Nuansa Nusantara Resepsi Pernikahan Putri Jokowi di Medan
“Di jalan-jalan kota New York, Anda bisa lihat tanda-tanda dari orang-orang yang ingin berteriak ’aku telah kehilangan pekerjaan dan rumah’. Anda juga bisa melihat gelandangan dengan anak-anak atau wanita hamil,” tulis Anadolu.
Tak hanya itu, banyak di antara gelandangan di AS merupakan veteran-veteran perang yang tak dipedulikan oleh pemerintah.
Berdasarkan data National Coalition of Homeless Veterans (NCHV), sekitar 11 persen atau lebih dari 60.000 gelandangan di AS adalah veteran. Sedikitnya 8,8 persen dari veteran gelandangan itu dalam rentang usia produktif, yakni 18-30 tahun.
Sementara 1,4 juta veteran lainnya menghadapi risiko tunawisma. Bahkan, sekitar 12.700 veteran yang bertempur di Irak sejak 2003, menjadi gelandangan pada tahun 2010.
Berdasarkan geografis, New York dan New Jersey merupakan dua wilayah terbanyak ditempati gelandangan, yakni 86.000 orang.
Baca Juga: Penemuan Mayat Bayi Gegerkan Penghuni Apartemen Green Pramuka
Sementara Los Angeles menempati posisi kedua dengan 51.000 gelandangan; dan, Seattle memiliki 13.400 orang gelandangan pada tahun 2016.