P2TP2A dukung RSUD Al-Ihsan Jadi Rujukan Korban Kekerasan

Siswanto Suara.Com
Minggu, 26 November 2017 | 13:59 WIB
P2TP2A dukung RSUD Al-Ihsan Jadi Rujukan Korban Kekerasan
Ilustrasi rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan membuka acara Pelatihan Penanganan Terhadap Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.

Agar menjadi rujukan dan berstandar, RSUD Al-Ihsan bersama P2TP2A mencoba mengadakan pelatihan yang disupervisi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jawa Barat yang sudah memiliki akreditasi untuk menyelenggarakan pelatihan.

"Kita menginginkan RSUD ini menjadi rujukan layanan kesehatan yang menyelenggarakan layanan bagi korban kekerasan terutama perempuan dan anak," kata Netty.

"Ya kita semua berharap pelatihan ini nanti dievaluasi dari hasil supervisi, dievaluasi apa mungkin ditambah hari, materi, teknik, maupun metodologinya. Nanti lembaga penyelenggara rujukan lainnya dapat menggunakan hasil penyempurnaan yang dilakukan oleh BPSDM.

Kembali Netty ungkapkan, adapun faktor yang menyebabkan kekerasan terjadi, akar permasalahnnya adalah kemiskinan. Baik kemiskinan ekonomi maupun kemiskinan informasi dan wawasan, juga kegagalan pengasuhan dalam keluarga atau ketidakmampuan orangtua menyelenggarakan pengasuhan.

"Hal tersebut tentu menjadi akar dari pohon kekerasan. Seringkali orangtua tidak bisa menjelaskan tanda kedewasaan, jenis sentuhan, zona pada tubuh yang harus dijaga, tentu ini menjadi awal dari benih kekerasan dan akan menimpa anak-anak kita. Termasuk juga infrastruktur rumah yang tidak memisahkan kamar anak dan orangtua ataupun tidak adanya toilet di dalam rumah," jelasnya.

"Dua hal tujuan saya yaitu, masyarakat tercegah dan korban tertangani," kata Netty.

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur RSUD Al-Ihsan dr. Komar Hanifi mengungkapkan bahwa semestinya insan kesehatan tidak melulu mengurus kesehatan fisik namun juga psikis, terutama pada korban kekerasan.

"Pembangunan disiplin kesehatan dimulai dengan pendidikan dalam keluarga, salah satunya pola asuh yang apabila tidak tepat dapat menciptakan anak-anak dengan perilaku menyimpang," kata Komar.

"Sebagai insan kesehatan, kita tak hanya melayani kesehatan tubuh tapi juga menangani jiwa korban-korban kekerasan pada anak dan perempuan. Kewajiban kita melindungi perempuan dan anak, yang paling banyak perempuan korban KDRT dengn luka fisik maupun psikis. Jadi sudah sewajarnya kita meringankan beban mereka," sahutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI