Novanto Diperiksa Penyidik, Pengacara: Ditanya Cuma Tidur Terus

Selasa, 21 November 2017 | 18:18 WIB
Novanto Diperiksa Penyidik, Pengacara: Ditanya Cuma Tidur Terus
Tersangka kasus korupsi KTP elektronik Setya Novanto menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Selasa (21/11). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Fredrich Yunadi, kuasa hukum Setya Novanto, mengungkapkan penyebab kliennya tidak jadi diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Selasa (21/11/2017).

Salah satunya karena tersangka dugaan korupsi Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) itu sering ketiduran saat diperiksa penyidik.

"Diperiksa tidur. Waktu diperiksa pun, ditanya cuma tidur terus," kata Fredrich di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan.

Sejatinya, Novanto hari ini harus menjalani pemeriksaan lanjutan sebagai tersangka, setelah pada, Minggu (19/11/2017) lalu, menjalani pemeriksaan awal.

Baca Juga: Wow, Petinju Ini Ukir Sejarah Kemenangan KO Tercepat di Dunia

Fredrich mengatakan, alasan sering tertidurnya ketua DPR tersebut karena mengalami gangguan pada otaknya. Namun, penyebabnya tidak disampaikan oleh Fredrcih, apakah karena kecelakaan beberapa waktu lalu atau ada faktor lainnya.

"Karena memang dalam hal ini beliau otaknya ada gangguan," jelas Fredrich.

Lebih lanjut, Fredrich juga mengatakan Novanto tidak hanya menderita gangguan di bagian otaknya tapi juga ada penyakit lain.

Hanya saja, Fredrich tidak tahu pasti penyakit lain yang diderita ketua umum Partai Golkar tersebut.

"Kan beliau sakitnya komplikasi, kan banyak sekali. Kalau mau tahu sakit apa, tanya sama dokter yang merawat, jangan tanya saya. Saya tidak bisa memberitahukan apapun," kata Fredrich.

Baca Juga: Yamaha Uji "Fairing" Baru Mirip "Winglet", Dovizioso Meradang

Fredrich juga mempersoalkan pernyataan dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mengatakan Novanto sudah bisa diperiksa oleh KPK.

Menurut Fredrich, dokter menilai seorang dalam keadaan sehat atau tidak dilakulan secara subjektif, berdasrkan pengetahuan dan bukan berdasarkan rasa yang dirasakan oleh pasien.

"Sekarang saya tanya, Anda kalau sakit kepala, alat tercanggih di dunia pun tidak tahu kenapa sakit kepala? Tapi kan situ kan punya rasa kan sakit kepala. Kalau sekarang dia tidak mampu, dia tidak bisa konsentrasi, tiap ngomong dua menit ketiduran, tiap ngomong dua menit ketiduran, terus bagaimana? Apa yang mau dibicarakan? Tanya apa, dia hanya aaa, pikir gitu kan, terus bagaiamana?," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI