Suara.com - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Afganistan menginginkan Indonesia terlibat dan berperan dalam membangun perdamaian di negara tersebut. Indonesia diharapkan dapat memediasi konflik antar suku yang menimbulkan perang saudara di Afganistan.
"Tadi yang mulia Bapak Karim Khalili (Ketua Majelis Tinggi Perdamaian Afganistan) juga menyampaikan terbuka dan sangat senang sekali kalau Indonesia bisa berperan dalam menyelesaikan konflik. Karena kita dianggap, pertama Islam di Indonesia adalah Islam moderat," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Selasa (21/11/2017).
Selain Islam yang moderat, Afganistan menilai Indonesia lebih netral. Sehingga mereka lebih terbuka dengan Indonesia.
"Yang kedua, kita dianggap netral dan tidak memiliki kepentingan," ujar dia.
Baca Juga: Jokowi Terima 40 Delegasi Majelis Tinggi Perdamaian Afghanistan
Oleh karena itu, lanjut Jokowi, pemerintah Indonesia akan menyambut baik keinginan Afganistan tersebut. Selain itu Afganistan juga akan menindaklanjuti rencana melibatkan Indonesia untuk membangun rekonsiliasi konflik/perdamaian di negaranya.
"Mereka menyampaikan segera akan menyusun jadwal secepatnya untuk nanti mengundang ulama-ulama berikutnya dari sana, dari Taliban, Afganistan, Pakistan. Kemudian juga bersama sama dengan ulama ulama di Indonesia untuk bersama sama mencari solusi bagi saudara-saudara kita yang ada di Afganistan," kata dia.
Jokowi menambahkan, dalam pertemuan itu ia menceritakan tentang keberagaman Indonesia, yang memiliki 714 suku, 1.100 lebih bahasa daerah, serta agama yang berbeda-beda. Oleh karena itu Majelis Tinggi Perdamaian Afganistan juga ingin belajar Islam moderat di Indonesia.
"Beliau (Ketua Majelis Tinggi Perdamaian Afganistan) sampaikan, Indonesia adalah sebuah contoh penerapan Islam yang benar. Dan mereka ingin sharing, ingin belajar banyak mengenai Islam yang moderat di Indonesia," ujar Jokowi.
Baca Juga: Fahri Hamzah Pernah Suruh Setnov Curhat ke Jokowi soal e-KTP