Suara.com - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, masyarakat Indonesia tidak perlu alergi dengan investasi asal Tiongkok dan mengaitkannya dengan ideologi komunisme sehingga muncul sentimen anti-Cina.
“Investasi dan ideologi merupakan dua hal yang berbeda,” tegas Tito di hadapan investor dan pelaku pasar dalam sebuah seminar di Bursa Efek Indonesia, Senin (20/11/2017).
Cina bersama dengan Jepang dan Korea Selatan saat ini merupakan negara yang memiliki ekonomi stabil dan banyak melakukan investasi di berbagai negara. “Kalau kita menutup pintu, maka investasi tersebut masuk ke negara lain,” tambah Tito, seperti dilansir Anadolu Agency.
Ia memberi contoh Raja Salman selaku pemimpin Arab Saudi saja membuka pintu dan mengundang Cina untuk berinvestasi.
Baca Juga: 25.000 Tentara AS di Jepang Dilarang Minum Alkohol
Bahkan, kata dia, Arab Saudi juga bekerja sama secara ekonomi dengan Rusia. Kedua negara tersebut, menurut Tito, adalah tempat asal muasal ideologi komunisme.
Tito mengatakan hal tersebut bisa dijadikan pelajaran karena dalam pertarungan ekonomi global, “untuk jadi nomor satu masalah politik dan ideologi dikesampingkan,” ujar dia.
Pada tahun 2016, Cina menjadi negara investor terbesar ketiga di Indonesia setelah Singapura dan Jepang dengan nilai investasi USD2,7 miliar.
Meski begitu, Tito juga menyadari ada kecemburuan di masyarakat karena daftar orang terkaya Indonesia mayoritas diisi oleh warga negara Indonesia keturunan Cina. Alhasil, hal tersebut memantik sentimen tersendiri.
Oleh karena itu, Tito berharap investasi dari dalam negeri dan dari nonkonglomerat besar perlu diperbesar dan diberi ruang lebih.
Baca Juga: Thomas N'Kono, Sosok Idola yang Ubah Karier Buffon
“Kita perlu bersama-sama mendongkrak pertumbuhan ekonomi melebihi 5 persen,” tambah Tito.