Suara.com - Pengamat politik Boni Hargens mengatakan untuk saat ini posisi tersangka Setya Novanto dalam posisi tak punya pilihan selain mengikuti proses hukum. Tetapi kalau sidang praperadilan yang diajukannya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang akan dimulai 20 November 2017 menang, ceritanya bisa beda lagi.
"Setya Novanto berada disposisi yang nggak punya pilihan, kalau pada proses praperadilan dia (Novanto) menang lagi berarti lepas lagi," ujar Boni kepada suara.com, Senin (20/11/2017).
Novanto ditahan KPK sejak semalam. Dia dinyatakan tak perlu dirawat inap oleh dokter RSCM dan diperkuat oleh pendapat Ikatan Dokter Indonesia.
Tetapi Boni memiliki catatan tersendiri yang bisa jadi tak menguntungkan KPK tentang proses membawa Novanto dari RSCM ke rutan KPK.
"Dia datang ke KPK dibawa kursi roda, itu terlalu dramatis, itu akan memberikan efek yang tidak baik ke KPK pula," ujar Boni.
Menurut Boni agar hal itu tak merugikan KPK, sebaiknya Novanto diperiksa setelah benar-benar sembuh.
Terkait aksi Novanto yang menghilang ketika akan dijemput paksa KPK, menurut Boni, itu insting yang lazim dikala terdesak.
"Itu Insting untuk selamat saja, banyak orang pasti punya manuver waktu terdesak. Kejadian tersebut merupakan insting untuk bertahan hidup," imbuh Boni.
Lebih jauh, Boni menduga sekarang ini Novanto sedang merancang strategi lagi.
"Mungkin sulit untuk kabur, sekarang mungkin dia fokus pada rancangan kasus politiknya, dia nyari celah didalam bingkai politiknya. Tergantung Pak Setnov memainkan caturnya sekarang (untuk melepaskan diri)," kata Boni.
Walaupun kasus Novanto merupakan bidang hukum, kata Boni, dampak terhadap kehidupan politik sangat besar.
"Jika dilihat dari sisi hukum semua orang dapat memprediksi atau melihat langsung apakah Setya Novanto akan dipenjara atau bebas. Sedangkan untuk politik ada konsekuensi koalisi pemerintah, dikarenakan Setya Novanto sendiri merupakan ketua DPR, dan akan berdampak pada lembaga tersebut," kata Boni. (Julistania)