Suara.com - Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar berterima kasih atas dukungan sejumlah kelompok yang mendukung dirinya menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2019.
Namun demikian, Muhaimin enggan menyikapi lebih jauh terkait dukungan tersebut. Dia berkilah, masih menunggu fatwa dari sembilan orang kiai.
"Ya santai-santai saja, pelan-pelan saja, perkembangannya masih panjang, kita harus berpikir, memperhitungkan menunggu fatwa kiai. Saya minta ada sembilan kiai yang (salat) istikharah untuk melihat ke depannnya seperti apa," kata Cak Imin--sapaan akrabnya--di Bandung, Senin (20/11/2017).
Ditemui usai menghadiri acara peluncuran buku "Dari Desa Membangun Indonesia" di Kampus UPI, Cak Imin tak henti-hentinya menyampaikan terima kasih kepada Marhaenis Hijau Ngahiji Jawa Barat dan Sahabat Muda Ngahiji Jawa Barat karena mendeklarasikan dukungan sebagai cawapres kepada dirinya.
Baca Juga: Novanto Ditahan dan Tak Bisa Pimpin DPR, MKD Segera Ambil Sikap
"Sekali lagi kita ucapkan terima kasih sudah pada semangat tapi nanti kita lihat sambil jalan, kita lihat belum sampai kesimpulan bagaimana hasil istikharah para kiai," kata dia.
Ketika ditanya apakah dirinya sudah berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo terkait adanya dukungan dirinya untuk menjadi Cawapres 2019, Cak Imin menuturkan belum ada obrolan terkait hal tersebut.
"Belum, belum ada, pelan-pelan saja Pilpres masih lama kan," kata dia.
Sebelumnya dua kelompok masyarakat Marhaenis Hijau Ngahiji Jawa Barat dan Sahabat Muda Ngahiji Jawa Barat mendeklarasikan dukungan untuk Cak Imin agar menjadi Cawapres 2019.
Koordinator Marhaenis Hijau Ngahiji Jawa Barat, Acil Sopandi menyatakan, sebagai negara besar, Indonesia butuh sosok pemimpin yang bisa menyeimbangkan dua kekuatan utama yang menjadi landasan berdiri tegaknya NKRI.
Baca Juga: Raih Gelar Kelima Super Series, Kevin/Marcus: Kami Tak Cepat Puas
Dia menjelaskan dua kekuatan yang dimaksud adalah kaum Marhaen atau yang dikenal juga dengan istilah Nasionalis, dan kaum Santri atau kaum religius.
Karena itu, kata dia, menjadi rasional jika kepemimpinan Indonesia pada perhelatan Pilpres Tahun 2019 merupakan perpaduan antara dua kekuatan Marhaenis dan Muslim.
"Dan kami memiliki keyakinan, bahwa bila keduanya bersatu dalam menahkodai negeri ini, maka cita-cita dan amanat para 'founding fathers' sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 akan bisa diwujudkan dalam waktu yang cepat," kata Acil. [Antara]