Suara.com - Meskipun sudah dalam status tahanan KPK, Setya Novanto hingga kini masih menjabat sebagai Ketua DPR. Inisiatif mengundurkan diri belum ditunjukkan oleh Ketua Umum Partai Golkar.
Menurut Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute Benny Soesatyo, itu tergantung pada Novanto dan Golkar sebagai pemilik kursi. Jika Novanto atau Golkar menjunjung tinggi etika kepantasan, maka sendirinya akan mengambil langkah terbaik. Bukan saja untuk dirinya dan Golkar, tapi juga untuk kebaikan masyarakat secara umum.
"Seharusnya kan Setya Novanto atau Golkar terapkan etika kepantasan. Di negara maju yang menjunjung tinggi etika kepantasan, seseorang yang sudah tersangka pasti dengan rela mengundurkan dirinya. Itu bagian dari etika," kata Benny kepada Suara.com, Minggu (19/11/2017).
Benny mengatakan etika lebih tinggi daripada hukum. Sebab etika adalah soal pantas dan tak pantasnya sikap atau perilaku seseorang dalam kaca mata publik.
Baca Juga: Selain Ditunggu KPK, Setya Novanto Juga Akan Diperiksa Polisi
"Kalau seseorang itu sudah tercela berarti dengan sendirinya, ya suara hatinya harusnya berfungsi," ujar Benny.
Menurut Benny, di berbagai negara maju yang menerapkan demokrasi dan menjunjung tinggi etika, belum terbukti saja sesorang akan mundur dengan sendirinya dari jabatan yang diembannya.
"Misalnya memberi katabele, atau bertemu dengan seseorang yang bukan kewenangannya mundur kok. Maka kita perlu membangun budaya satria itu," tutur Benny.
Seperti diketahui, Novanto saat ini dalam status tahanan KPK untuk kasus korupsi KTP Elektronik. Oleh karena alasan sakit setelah insiden kecelakaan yang dialaminya, maka KPK lakukan pembataran penahanan terhadap Novanto. Hingga saat ini dia dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kencana, Jakarta Pusat.
Baca Juga: #AkuHarusSekuatTiangListrik, Meme Kocak Sindir Setya Novanto Ini