Kisah tentang Uni Azizah yang Hidup di Panti Sosial

Siswanto Suara.Com
Selasa, 14 November 2017 | 15:48 WIB
Kisah tentang Uni Azizah yang Hidup di Panti Sosial
Uni Azizah (67), penghuni Panti Sosial Tresna Werdha 1, Jalan Bina Marga, Cipayung, Jakarta Timur [suara.com/Handita Fajaresta]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ini kisah tentang Uni Azizah (67). Uni salah satu penghuni Panti Sosial Tresna Werdha 1, Jalan Bina Marga, Cipayung, Jakarta Timur.

Dulu dia masuk ke sana karena ditemukan petugas Dinas Sosial di pinggir jalan sekitar Maret 2017. Sebelum masuk ke Tresna Werdha 1 April, dia ditempatkan dulu bersama yang lain di Panti Sosial Bina Insan.

Petugas Panti Sosial Tresna Werdha, Aas Prastianti, masih ingat ketika pertamakali Uni datang. Seram, katanya.

“Kondisi pertamakali datang dari Panti Sosial Bina Insan, galak. Pokoknya serem. Lalu, di sini ditaruh di Wisma Dahlia,” katanya kepada Suara.com.

Sambil dirawat, petugas mencari tahu profil Uni. Berkomunikasi dengan Uni tidak gampang pada waktu itu. Dia mengalami psikotik. Psikotik yaitu kelainan jiwa yang masih bisa disembuhkan.

Iya, dia seram dan tidak bersahabat dengan orang di sekitarnya.

Tapi, petugas tak menyerah. Pertama-tama, petugas bertanya tentang apa yang dia rasakan. Lalu, tanya-tanya soal keluarga dan lain sebagainya.

Saat ini, Uni tinggal di Wisma Dahlia. Dia bersama 39 lansia.

Waktu ditemui Suara.com Jumat (10/11/2017), lalu, Uni berada di dalam kamar. Dia sedang duduk dan ngobrol dengan perawat.

Mata Uni langsung tertuju pada wartawan Suara.com. Matanya berbinar-binar.

Bertemu Keluarga

Tak sia-sia perjuangan petugas. Pelan-pelan latar belakang keluarganya terungkap.

Uni punya dua anak, lelaki dan perempuan. Mereka sudah keluarga semua. Anak pertamanya yang lelaki tinggal di sebuah kontrakan dan bekerja sebagai petugas keamanan (security) yang hidup sederhana.

Anak kedua Uni tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Hidup bersama suami dan anaknya.

Tak berbeda jauh dengan kakaknya, perempuan ini tinggal di sebuah kontrakan. Dia ngontrak sejak bisnis yang dirintis suaminya bangkrut.

“Anak keduanya, perempuan yang menikah dengan pengusaha angkutan umum (angkot), tetapi beberapa waktu lalu ditipu orang lain sehingga usahanya bangkrut sehingga membuatnya harus tinggal di kontrakan,” katanya.

Oktober lalu, Uni dipertemukan petugas dengan anak-anaknya. Dia diantarkan ke rumah anaknya. Tapi, hanya tiga hari dia tinggal bersama mereka. Setelah itu, kembali lagi ke Panti Sosial Tresna Werdha 1.

Kondisi kesehatan Uni yang jadi alasan harus didampingi di panti. Saban hari, gangguan psikotiknya harus diawasi ahlinya.

Menderita Psikotik

Sekitar 80 persen lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 menderita psikotik.

Tresna Werdha 1 memberikan perawatan rutin kepada mereka. Tiap Rabu pada minggu pertama setiap bulan, para lansia dibawa ke Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, Jakarta Timur, untuk diperiksa dan mendapatkan perawatan.

Kondisi Uni pelan-pelan membaik. Lingkungan panti yang tenang dan memiliki banyak teman cocok buatnya.

“Jadi untuk sementara, karena keterbatasan tempat dari keluarganya dan kondisi Uni Azizah mengalami psikotik (gangguan jiwa). Kalau dikembalikan ke keluarga, malah ada kecenderungan kambuh lagi. Kalau di sini kan komunitasnya lansia (lanjut usia) dan Mak Sumartin dekatnya sama Uni Azizah. Awalnya galak, lama-lama baik, nurut,” tutur Aas.

Hobi lama Uni pun muncul lagi. Dia sangat senang merajut.

Petugas mengakui kemampuan Uni. Dia cekatan sekali. Syal dan taplak televisi itu buktinya.

“Sekarang sudah bisa merajut syal dan cover TV,” kata Aas.

Merajut syal cukup dibutuhkan waktu tiga sampai tujuh hari. Untuk membuat penutup televisi yang ukurannya lebih besar bisa dikerjakan sampai dua minggu.

Hasil rajutannya disimpan baik-baik oleh petugas dan akan dijual ke donator. Hasilnya tentu saja diberikan kepada Uni. (Handita Fajaresta)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI