"Kita Katolik tidak bisa memilih negara dimana kita hidup. 57 persen pemilih Jakarta memilih Anies. Umpamanya Habib Rizieq Shihab dipilih gupernur, kita juga harus dapat hidup dengan beliau. Kolese Kanisius harus menjalankan misinya dengan pemerintahan DKI mana saja, dan saya perkirakan bahwa justru karena itu panitia mengundang Pak Anies," kata Magnis.
Kelima. Ananda Sukarlan berhak menolak Anies. Sebagai seorang Muslim, kata Magnis, Ananda tidak perlu dicurigai bersikap sektarian.
"Namun saya tetap tidak dapat menyetujui kelakuannya. Tamu harus dihormati, tamu datang karena diundang panitia, maka semua yang ikut undangan panitia, harus menghormati tamu pun pula kalau secara pribadi tidak menyetujuinya. Silahkan panitia dikritik. Tetapi menginisiasikan suatau demonstrasi penghinaan terbuka terhadap Gupernur DKI saya anggap penyalahgunaan kesempatan," kata Magnis.
Kelima, kata Magnis, rupa-rupanya Ananda juga mengritik Romo Provinsial Sunu Hardiyanta dengan menyebut "basa-basi" saja.
"Kalau yang dimaksud bahwa Romo Provinsial tidak mengambil sikap politis terhadap Anies dan macam-macam kecenderungan primordial, melainkan "hanya" menghargai apa yang sudah dilakukan Kanisius serta mengharapkan bahwa Kanisius terus meningkatkan kualitasnya dan terus menghasilkan manusia-manusia Indonesia bermutu: Itu bukan basa-basi, itu yang saya harapkan provinsial mengatakannya. Kanisius diharapkan menjalankan misinya di masa depan juga kalau, barangkali, situasi menjadi lebih sulit. Kiranya justru tepat yang dikatakan Romo Provinsial," kata Magnis.
Magnis berharap semoga Kanisius bisa maju terus, dan terus diterima baik oleh masyarakat Jakarta.
Pernyataan Ananda
Saat Anies memberi pidato, Ananda berdiri dari kursi VIP-nya dan walk out menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap pidato Anies.
Aksi ini kemudian diikuti oleh ratusan alumni dan anggota hadirin lainnya. Setelah memberikan pidato yang disambut dengan dingin oleh hadirin yang tinggal, Anies Baswedan meninggalkan tempat. Hadirin yang tadinya walk out pun memasuki ruangan kembali.
Saat pemberian penghargaan kepada lima tokoh, Ananda mendapat giliran untuk pidato selama 10 menit. Di pidato itu setelah ia mengucapkan terimakasih, ia juga mengkritik panitia penyelenggara.
"Anda telah mengundang seseorang dengan nilai-nilai serta integritas yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan kepada kami. Walaupun anda mungkin harus mengundangnya karena jabatannya, tapi next time kita harus melihat juga orangnya. Ia mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius. Ini saya tidak ngomong politik, ini soal hati nurani dan nilai kemanusiaan," katanya.