Suara.com - Hampir tiap malam tetangga mendengar GW (5) nangis dan minta ampun kepada ibundanya, Novi (26).
"Hampir setiap malam (korban) nangis, itu nggak tahu diapain. Saya juga nggak tahu. Sudah mama ampun, aku nggak akan nakal lagi," kata tetangga kamar kos, Amir Rizki, kepada Suara.com, Senin (13/11/2017).
GW tinggal di sebuah kamar kos bersama ibunya di Jalan Asem Raya, nomor 1, RT 6, RW 8, Duri Kepa, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
Beberapa hari sebelum kematian GW pada Sabtu (11/11/2017), malam, Amir melihatnya tengah duduk sendirian di depan pintu kamar. Dia cuma menunduk.
Amir mencoba untuk mengajak GW berkomunikasi. Tapi bocah itu diam saja.
"Terakhir lihat itu sekitar minggu lalu, hari Jumat (10/11/2017), dia (korban) ditaruh di luar, mamanya di dalam, dikunciin. Dia minta tolong. Mama tolong bukain pintunya mama, iya aku janji nggak nakal lagi. Saya di dalam langsung keluar, pas nengok (ke korban) dia diam saja. Nggak minta tolong lagi," kata Amir.
Amir tinggal di kamar kos nomor 202. Novi dan anaknya tinggal di kamar 203.
Dia jarang bicara dengan Novi. Novi dikenal tertutup dan jarang bersosialisasi di lingkungan kos.
"Biasanya nyapa beberapakali aja, terus manggut jawab, iya mas. Nggak pernah lihat, paling keluar anter anaknya sekolah, pulang, udah di dalam (kamarnya) lagi," ujarnya.
Sering dianiaya
Bocah malang itu sering dianiaya ibunya. Biasanya cuma gara-gara nangis atau ngompol.
Suatu hari, tetangga kamar kos mengadukan kelakuan Novi ke pemilik kos. Pemilik kos pun datang dan menegurnya.
GW pernah ditolong oleh tetangga kamar pada waktu nangis. Setelah itu, bukannya Novi malu, justru makin galak memperlakukan GW.
"Sudah pernah ditegur sebelumnya, tapi nggak digubris," kata anak pemilik kos, Bryan Adam.
Adam tak pernah ngobrol lama dengan Novi. Paling-paling komunikasi mereka sebatas memberitahu air mineral sudah habis.
"Dia jarang ngomong, paling keluar kalau nanyain air aja sih, minta tolong. Mas, airnya habis," kata Adam.
Pekerjaan
Novi seorang single parent. Tak ada yang tahu dimana suaminya. Pekerjaan sehari-harinya jualan melalui online shop. Tapi, ada juga yang menyebut tukang cuci.
"Saya tanya dapat uang darimana, dia (NW) bilang jualan barang-barang lewat online," kata pemilik warung dekat rumah kos, Opik.
GW malang. Nyawanya melayang di tangan ibunya sendiri.
Sebelum meregang nyawa, GW diikat Novi, lalu mukanya disemprot pakai obat pembunuh serangga merek Hit. Dia melakukan itu dengan maksud agar GW berhenti menangis. Tak lama kemudian, dia membekap wajah GW dengan plastik warna merah.
Kasus ini sekarang sedang dalam penanganan Polres Metro Jakarta Barat. Novi sudah ditahan polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan. (Handita Fajaresta)