Suara.com - Komisi Pemberantasan Korupsi kembali menetapkan Ketua DPR sebagai tersangka mega korupsi e-KTP. Seharusnya Novanto langsung ditahan sebelum jatuh sakit.
Hal itu dikomentari mantan calon Gubernur DKI Jakarta Faisal Basri di akun Twitternya, @FaisalBasri, Jumat (10/11/2017) sore.
"Setelah ditetapkan jadi tersangka lagi, Setya Novanto sepantasnya segera ditahan, sebelum sakitnya kambuh," tulisnya.
Novanto 2 kali ditetapkan sebagai tersangka. Yang pertama, Novanto langsung mengklaim jatuh sakit begitu ditetapkan jadi tersangka. Begitu mengajukan praperadilan dan menang, dia langsung sehat.
Baca Juga: Jadi Tersangka Lagi, KPK Disarankan Langsung Tahan Setya Novanto
KPK akhirnya kembali menetapkan Ketua DPR RI Setya Novanto sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dana proyek pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (KTP-el), Jumat (10/11/2017). KPK seringkali memublikasikan tersangka baru kasus korupsi pada hari Jumat, sehingga banyak pihak menjuluki hari itu sebagai "Jumat Keramat KPK".
Setnov menjadi tersangka setelah status itu sebelumnya dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dalam persidangan praperadilan yang diajukan Ketua Umum Partai Golkar tersebut.
KPK telah mempelajari secara seksama Putusan Praperadilan yang telah diputus pada hari Jumat 29 September 2017, serta aturan hukum lain yang terkait. Selanjutnya, 5 Oktober 2017 KPK melakukan Penyelidikan baru untuk pengembangan perkara KTP-el. Dalam proses penyelidikan ini, KPK telah meminta keterangan sejumlah pihak dan mengumpulkan bukti yang relevan.
Setelah proses penyelidikan dan terdapat bukti permulaan yang cukup, pemimpin KPK bersama tim penyelidik, penyidik dan penuntut Umum melakukan gelar perkara pada akhir Oktober 2017. KPK menerbitkan surat perintah dimulainya penyidikan (SPDP) pada tanggal 31 Oktober 2017 atas nama tersangka Setya Novanto sebagai Anggota DPR RI.
Novanto selaku Anggota DPR RI periode 2009-2014, disangkakan bersama Anang Sugiana Sudihardjo, Andi Agustinus, Irman, Sugiharto dkk melakukan praktik korupsi sehingga mengakibatkan kerugian Rp2,3 triliun keuangan negara dari proyek KTP-el.
Baca Juga: Kronologi Setya Novanto Jadi Tersangka Lagi di 'Jumat Keramat'
SN disangka melanggar Pasal 2 ayat (1) subsider Pasal 3 Undang-Undang Republik lndonesia Nomor.31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 ayat (1) kesatu KUHP.