Suara.com - Arab Saudi, Uni Emirate Arab, dan Kuwait, memerintahkan warganya yang berada di Lebanon untuk segera pulang secepat yang mereka bisa.
Perintah itu, seperti dilansir Aljazeera, Kamis (9/11/2017), dikeluarkan ketiga negara setelah timbul ketegangan politik antara Lebanon dengan Arab Saudi. Ketegangan itu dimungkinkan berubah menjadi konfrontasi militer.
"Merujuk situasi di Republik Lebanon, kami meminta seluruh warga Saudi yang mengunjungi atau berdomisili di sana untuk segera pulang," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi.
Kerajaan Saudi juga mengeluarkan imbauan agar warganya tak mengunjungi seluruh daerah Lebanon selama batas waktu yang belum ditentukan.
Baca Juga: Kecanduan, Ibu Ini 'Tiduri' 100 Laki-Laki hingga Telantarkan Anak
Selang satu jam setelah pernyataan Saudi, Kuwait dan UAE mengeluarkan perintah yang sama.
Sementara Bahrain, yang juga sekutu Saudi, sudah lebih dulu mengeluarkan pemanggilan pulang warganya tersebut, yakni pada 5 November 2017.
Ketegangan antara Lebanon dengan Saudi beserta sekutunya itu dimulai sejak SAbtu (4/11) akhir pekan lalu.
Hari itu, Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri berpidato menyatakan mengundurkan diri. Pidatonya itu ia ucapkan saat berada di Saudi.
Hariri sudah lama dikenal sebagai sekutu dekat Saudi, sehingga memunyai pandangan berbeda dengan mayoritas elite dan warga Lebanon. Ia, yang juga dikenal sebagai pengusaha yang memiliki bisnis konstruksi di Arab.
Baca Juga: Didemo Buruh Supaya Revisi UMP, Sandiaga Uno Bungkam
Raja Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud mengklaim, Hariri juga menginformasikan kepadanya bahwa Partai Hizbullah yang berbasis di Lebanon merencanakan penyerangan ke Riyadh.
Hizbullah merupakan parpol di Lebanon yang juga diperkenankan memunyai militer sendiri. Hizbullah selama ini dikenal sebagai pihak yang gigih berperang melawan Israel. Hizbullah juga sekutu Iran.
Ketegangan berlanjut pada Senin (6/11) awal pekan ini. Arab Saudi, hari itu, resmi menuding Lebanon menyatakan perang terhadap kerajaan tersebut karena melindungi Hizbullah.
"Pemerintah Libanon kami lihat sebagai pemerintah yang menyatakan perang terhadap Arab Saudi dan semua warga Libanon harus menyadari situasi bahaya ini, dan karenanya harus berupaya menyelesaikan masalah ini sebelum mencapai point of no return," wanti-wanti Menteri Urusan Teluk Arab Saudi, Thamer al-Sabhan.
Sabhan juga menyalahkan pemerintahan Hariri yang dinilainya gagal meredam pengaruh Hizbullah di Lebanon.