Seorang siswi sekolah dasar muntah di sebelah Presiden Joko Widodo, Jumat (10/11/2017). Perhatian pejabat tamu undangan acara peresmian nama pesawat terbang N219 di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pun tertuju padanya.
Bocah itu muntah ketika Jokowi berpidato di depan pesawat N219. Sebanyak 50 murid berjajar di sisi kiri dan kanan Kepala Negara.
Melihat salah satu anak muntah, Jokowi segera memanggil ajudan dengan lambaian tangan.
"Tolong anak itu sakit," kata Jokowi.
Kepala Staf TNI Angkutan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto tanpa pikir panjang, langsung lari untuk ikut membantu menggendong siswi. Siswi tersebut kemudian dibawa ke belakang barisan untuk mendapatkan pertolongan medis.
Siswi ini diyakini kelelahan yang amat sangat. Dia bersama teman-temannya berdiri di atas lapangan terbang, di bawah terik matahari. Menurut informasi, anak-anak itu berdiri di sana sejak pukul 07.30 WIB, menunggu kedatangan Presiden.
Acara perempuan baru dimulai pukul 09.15 WIB, setelah Kepala Negara tiba.
Nurtanio
Di Hari Pahlawan, hari ini, Presiden meresmikan nama pesawat terbang N219, Nurtanio. Pesawat ini buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - PT. Dirgantara Indonesia.
"Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya resmikan Pesawat N219 sebagai Pesawat Nurtanio," kata Jokowi.
Nama Nurtanio diambil dari Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo.
Nurtanio merupakan pahlawan nasional yang telah berjuang tanpa pamrih untuk bangsa ini. Nurtanio, perintis industri pesawat terbang Indonesia. Ia pembuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Sikumbang.
Ia juga membuat pesawat Kunang-kunang dengan mesin VW, dan Belalang, serta Gelatik, hingga mempersiapkan produksi F-27.
"Ada sebuah kalimat dari Nurtanio yang patut kita hayati, 'Sudah, kita tidak usah ribut-ribut yang penting kerja'. Dan inilah hasil kerja putra putri Nurtanio dan akan terus dilanjutkan hingga generasi anak-anak kita nanti," ujar dia.
Pesawat Nurtanio digerakkan dengan mesin turboprop produksi Pratt and Whitney dan menampung penumpang 19 orang. Pesawat ini merupakan ikon baru dalam pengembangan mandiri pesawat nasional.
Pesawat tersebut menjadi tanda kebangkitan kembali industri dirgantara nasional pasca N250.
Bocah itu muntah ketika Jokowi berpidato di depan pesawat N219. Sebanyak 50 murid berjajar di sisi kiri dan kanan Kepala Negara.
Melihat salah satu anak muntah, Jokowi segera memanggil ajudan dengan lambaian tangan.
"Tolong anak itu sakit," kata Jokowi.
Kepala Staf TNI Angkutan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto tanpa pikir panjang, langsung lari untuk ikut membantu menggendong siswi. Siswi tersebut kemudian dibawa ke belakang barisan untuk mendapatkan pertolongan medis.
Siswi ini diyakini kelelahan yang amat sangat. Dia bersama teman-temannya berdiri di atas lapangan terbang, di bawah terik matahari. Menurut informasi, anak-anak itu berdiri di sana sejak pukul 07.30 WIB, menunggu kedatangan Presiden.
Acara perempuan baru dimulai pukul 09.15 WIB, setelah Kepala Negara tiba.
Nurtanio
Di Hari Pahlawan, hari ini, Presiden meresmikan nama pesawat terbang N219, Nurtanio. Pesawat ini buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - PT. Dirgantara Indonesia.
"Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, saya resmikan Pesawat N219 sebagai Pesawat Nurtanio," kata Jokowi.
Nama Nurtanio diambil dari Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Pringgoadisuryo.
Nurtanio merupakan pahlawan nasional yang telah berjuang tanpa pamrih untuk bangsa ini. Nurtanio, perintis industri pesawat terbang Indonesia. Ia pembuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Sikumbang.
Ia juga membuat pesawat Kunang-kunang dengan mesin VW, dan Belalang, serta Gelatik, hingga mempersiapkan produksi F-27.
"Ada sebuah kalimat dari Nurtanio yang patut kita hayati, 'Sudah, kita tidak usah ribut-ribut yang penting kerja'. Dan inilah hasil kerja putra putri Nurtanio dan akan terus dilanjutkan hingga generasi anak-anak kita nanti," ujar dia.
Pesawat Nurtanio digerakkan dengan mesin turboprop produksi Pratt and Whitney dan menampung penumpang 19 orang. Pesawat ini merupakan ikon baru dalam pengembangan mandiri pesawat nasional.
Pesawat tersebut menjadi tanda kebangkitan kembali industri dirgantara nasional pasca N250.