Suara.com - Menteri Sosial (Mensos), Khofifah Indar Parawansa, mengajak seluruh elemen bangsa untuk memperkokoh semangat persatuan, kesatuan dan persaudaraan untuk membangun negeri. Menurutnya, peringatan Hari Pahlawan 10 November harus menjadi momentum bagi seluruh anak bangsa untuk kembali bersatu padu mengatasi segala permasalahan bangsa yang sedang dihadapi.
Saat ini, kata dia, komitmen bangsa akan pentingnya persatuan, toleransi dan keberagaman tengah diuji.
"Jangan memberi ruang bagi mereka yang tidak suka melihat kondisi Indonesia yang guyub, aman, tenteram dan damai. Jangan memberi peluang bagi siapapun yang berusaha memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan cara apapun, apalagi yang berusaha membenturkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dengan berita hoax dan sebagainya," ujar Khofifah, dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (10/11/2017).
Khofifah mengatakan, persatuan dan kesatuan bangsa adalah janji kemerdekaan yang harus ditunaikan. Janji mewujudkan sebuah republik yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, yang mana janji tersebut hanya bisa terlaksana apabila seluruh elemen bangsa bersatu.
Tantangan Indonesia saat ini, kata Khofifah, jauh lebih kompleks dan multisektor. Tidak hanya dalam soal ekonomi semata, namun juga sosial, politik, budaya, energi, dan lain sebagainya. Selayaknya tantangan tersebut dijawab dengan kesiapan sumber daya manusia Indonesia yang mumpuni dan berdaya saing.
Menurut Khofifah, jika Indonesia tidak bisa mengikuti dan beradaptasi dengan kondisi global kekinian, maka bukan tidak mungkin Indonesia hanya menjadi follower (pengikut). Saat ini Indonesia dengan segala sumber daya yang dimiliki telah mengambil peran penting dalam percaturan global. Berbagai prestasi berskala internasional pun telah berhasil diukir anak bangsa.
Khofifah mengungkapkan, tiga tahun terakhir, kondisi Indonesia semakin membaik. Ia mencontohkan, indeks pembangunan manusia pada 2016 di Indonesia naik dari kategori sedang menjadi kategori tinggi, seiring dengan adanya kenaikan indeks menjadi 70,18. Peringkat daya saing Indonesia secara global naik 5 tingkat ke peringkat 36 dari 137 negara, dibanding peringkat sebelumnya pada posisi ke 41 berdasarkan publikasi yang World Economic Forum (WEF).
"Mari kita semua membuang mentalitas negatif, yang bisa mereduksi persatuan dan kesatuan dan persaudaraan kebangsaan. Mari kita semua kerja bersama, bahu membahu, dan bergotong royong membangun Indonesia di semua lini kehidupan agar lebih maju dan sejahtera," imbuhnya.
Khofifah menambahkan, dalam konteks kekinian, menjadi pahlawan tidak lagi dengan berperang dan mengangkat senjata melawan penjajah. Namun berperang untuk mengatasi berbagai masalah bangsa, seperti kemiskinan, pengangguran, keterlantaran, ketertinggalan, keterbelakangan , korban bencana, dan berbagai masalah sosial lainnya.
Semangat dan nilai-nilai kepahlawanan harus bisa diimplementasikan dan didayagunakan untuk hal tersebut. Pendeknya, lanjut dia, pahlawan kekinian adalah mereka yang konsisten memperjuangkan dan berkorban untuk suatu perubahan ke arah yang positif.
"Jika setiap individu mampu melakukan hal keteladanan, dapat dibayangkan efek yang dapat dihasilkannya. Berbagai persoalan yang mendera bangsa jauh lebih mudah teratasi karena semua warga negara memiliki integritas yang tinggi," tuturnya.
Gelar Pahlawan Nasional
Sementara itu, pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada empat orang anak bangsa yang dinilai berkontribusi besar untuk Indonesia. Mereka adalah TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid, tokoh asal Nusa Tenggara Barat, Laksamana Malahayati (Keumalahayati), tokoh asal Nanggroe Aceh Darussalam, Sultan Mahmud Riayat Syah, tokoh asal Kepulauan Riau, dan Lafran Pane, tokoh asal Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penganugerahan ini diputuskan melalui Kepres RI No 115/TK/tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan. Keputusan diambil setelah sebelumnya Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan bersidang pada Oktober lalu.
Dengan penganugerahan keempat pahlawan nasional baru tersebut, maka jumlah Pahlawan Nasional Indonesia saat ini berjumlah 173 orang, yang terdiri dari 160 laki-laki dan 13 perempuan. Para pahlawan tersebut berasal dari kalangan sipil dan TNI/Polri.
Khofifah menjelaskan, pahlawan nasional adalah gelar yang diberikan pemerintah kepada seorang warga negara Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan, berjasa luar biasa bagi kepentingan bangsa, dan tanpa cela semasa hidupnya.
"Mereka yang menyandang gelar pahlawan nasional tidak hanya berjasa di medan perang, tapi juga di bidang lain yang gaung dan manfaatnya dirasakan secara nasional. Permohonan usul pemberian gelar pahlawan nasional kepada presiden dilakukan melalui Dewan Gelar, yang sebelumnya mengadakan verfikasi, penelitian dan pengkajian melalui proses seminar, diskusi, serta sarasehan," terangnya.