Keputusan itu berdasarkan surat yang dikirim Panglima kodam Jaya, Mayjen Amirmachmud. Ultimatum tidak lagi dalam hitungan hari tapi jam sehingga pada pukul 11.00 menjadi batas waktu untuk berkemas.
"Het is niet meer mijn huis (Sudahlah ini bukan rumah saya lagi)," tutur Bung Karno saat itu.
Mantan Perwira Detasemen Kawal Pribadi Bung Karno, Sogol Djauhari Abdul Muchid, dalam buku "Hari-hari Terakhir Soekarno" karya Peter Kasenda, menceritakan sang presiden tak membawa harta apa pun saat diusir dari Istana Bogor.
"Bung Karno keluar hanya memakai piyama warna krem serta kaos oblong cap cabe. Baju piyamanya disampirkan di pundak, memakai sandal cap bata yang sudah usang. Tangan kanannya memegang koran yang digulung agak besar, isinya bendera sang saka merah putih," kata Abdul Muchid.
Baca Juga: Pemimpinnya Disidik Bareskrim, KPK Tetapkan Tersangka Baru e-KTP
Setelahnya, Hartini bersama anak-anaknya akhirnya tinggal di rumah di Jalan Jakarta, Bogor, sementara Sukarno tinggal di rumah pribadinya di Puri Bima Sakti Batutulis Bogor.
Ternyata, bukan hanya Bung Karno dan keluarga yang "terusir" dari istana Bogor. Ada juga rusa-rusa totol yang sempat terusir dari istana, karena jumlahnya sudah terlalu banyak. Istana Bogor pada 1998 bahkan melungsurkan 25 ekor rusa ke Istana Tampaksiring.
Awal kedatangan rusa adalah pada 1808-1811 saat masa pemerintahan Gubernur Jenderal Willem Daendels.
Rusa-rusa itu ditempatkan di halaman Istana. Awalnya, hanya ada 6 pasang rusa asal perbatasan India-Nepal yang didatangkan. Seiring waktu, populasi mereka terus meningkat.
Kekinian, berdasarkan penelusuran Antara, jumlah rusa di Istana Bogor berjumlah sekitar 600-an ekor. Jumlah itu dinilai masih ideal dengan memperhitungkan luas halaman rumput Istana Bogor, yakni 3 ha dari total luas kawasan Istana yang mencapai 28,8 hektare, dengan luas bangunan istana sekitar 900 meter persegi.
Baca Juga: Merasa Tak Dihargai, DPRD Minta Anies Copot Kadis Damkar