PKL di Tanah Abang Tak Dimintai Upeti Selama Ahok Memimpin

Rabu, 08 November 2017 | 18:32 WIB
PKL di Tanah Abang Tak Dimintai Upeti Selama Ahok Memimpin
PKL Tanah Abang [suara.com/Dian Rosmala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Santi (42) penjual pakaian anak di trotoar kawasan pasar Tanah Abang Blok B mengungkapkan Pedagang Kaki Lima yang ingin berjualan di Pasar Tanah Abang harus memberikan sejumlah uang untuk dapat memiliki tempat berjualan.

"Kalau saya sudah lima tahun jualan, itu memang pertama saya jualan ada yang minta- mintain uang, itu buat izin tempat," kata Santi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017).

Santi mengetahui pungutan uang kepada pedagang hanya untuk biaya keamanan dan kebersihan.

"Ya, taunya mereka minta buat jasa kebersihan sama kemanan, itu saja yang saya tahu," kata Santi.

Baca Juga: Pedagang Pasar Tanah Abang Klaim Saat Ini Sudah Tak Ada Preman

Santi mengatakan awal berjualan dirinya diminta uang sebesar Rp350ribu, agar mempunyai tempat jualan.

"Ya, saya nggak tahu yang mengelola siapa itu (uang pungutan) itu dulu bayar per bulan segitu, yang saya tahu bukan dari pihak pengelola pasar," ujar Santi.

Santi menambahkan semenjak dua tahun terakhir berjualan, sudah tidak ada lagi yang meminta pungutan liar tiap bulan tersebut.

"Sudah dua tahun terakhir, nggak ada lagi sih. Tapi ada yang minta masih nggak tiap bulan juga, Itu seadanya saya kasih. Kan jualan juga nggak di situ - situ aja," kata Santi.

Santi mengatakan mengenai preman di kawasan pasar Tanah Abang, dirinya kini tak menemui.

Baca Juga: Camat Ragukan Laporan Ombudsman soal 'Upeti' Preman Tanah Abang

"Itu mah dulu mas awal saya jualan banyak (preman) ya mungkin uang per bulan itu (mereka yang kelola). Tapi saya nggak rasain sih jualan ini sekarang. Nggak ada minta minta uang tiap hari," ujar Santi.

Sementara itu, Firman (30) penjual kaos kaki di pasar blok A pasar Tanah Abang mengatakan masih merasakan pungutan liar. Namun tak cukup besar dirasakan seperti awal dirinya berjualan.

"Kalau dulu tiga tahun lalu, buat saya besar ya biayanya. Itu Rp300 ribu tiap bulan. Nggak tahu buat apa itu uang, saya kasih aja," ujar Firman.

Firman menyebut bila pedagang tidak memberikan biaya uang tiap bulan, maka pedagang tersebut akan disingkirkan oleh pedagang lainnya.

"Ya, kalau nggak bayar lagi (pedagang) kena geser - geser tempatnya. Ya, nggak jadi punya tempat dia," ujar Firman.

Firman masih berjualan hingga kini, Namun untuk pungutan liar tak lagi sebesar dahulu.

"Ya, nggak tahu siapa sampai sekarang juga yang minta - minta itu (pungutan liar). Ya, kalau sekarang semaunya aja saya kasih, tapi nggak tiap bulan lagi," kata Firman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI