Suara.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan 65 bendungan pada 2015-2019, sesuai dengan Nawa Cita Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk mewujudkan ketahanan pangan dan air di Indonesia. Hingga 2017, telah dibangun 39 bendungan, yang terdiri dari 30 bendungan baru dan 9 bendungan yang telah selesai pengerjaannya.
Salah satu manfaat penting bendungan adalah pengendali banjir, yang mana Kementerian PUPR saat ini tengah membangun dua bendungan kering (dry dam) di Ciawi dan Sukamahi, yang merupakan bagian dari rencana induk penanggulangan banjir Jakarta.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Imam Santoso, mengatakan, bendungan kering di Ciawi dan Sukamahi merupakan yang pertama kalinya dibangun di Indonesia. Kedua Bendungan ini tidak untuk keperluan irigasi atau air baku, namun berfungsi untuk mengejar kapasitas pengendalian banjir. Saat hujan datang, bendungan akan menampung air dan memperlambat aliran air hujan ke Jakarta.
“Itu kira-kira 13 persen dari debit banjir Sungai Ciliwung. Kalau ditambah lagi dengan berfungsinya sodetan dan normalisasi sungai, maka risiko banjir yang terjadi bisa kita kurangi luasan dan dampaknya. Jadi itu merupakan satu rangkaian untuk mengurangi beban yang ada di Jakarta," tutur Imam.
Dalam tinjauannya ke Bendungan Ciawi dan Sukamahi, Senin (6/11/2017), Imam meminta kepada pelaksana pembangunan untuk terus melakukan pengawasan di lapangan sesuai instruksi Menteri PUPR.
“Teman-teman di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane diminta untuk terus konsentrasi dan melakukan percepatan di lapangan, karena ini proyek besar yang banyak ditunggu masyarakat,” tegasnya.
Pembangunan kedua bendungan kering tersebut sangat penting untuk mengurangi banjir di Jakarta, yang akan diikuti dengan selesainya normalisasi Kali Ciliwung di Jakarta outer ring road (JORR) sampai Manggarai. Kementerian PUPR, melalui BBWS Cilcis Ditjen SDA telah menyelesaikan penambahan pintu air Manggarai dan Karet dan tengah menyelesaikan sodetan Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur.
Kontrak pembangunan bendungan Ciawi ditandatangani pada 23 November 2016 antara SNVT PJSA Ciliwung Cisadane dan Abipraya-Sacna KSO sebagai kontraktor, dengan nilai pekerjaan konstruksi sebesar Rp757,8 miliar melalui kontrak tahun jamak (multi years). Bendungan Ciawi memiliki volume tampung 6,45 juta m3 dan luas area genangan 29,22 hektare.
Sementara, penandatanganan kontrak pembangunan bendungan Sukamahi senilai Rp436,97 miliar dilakukan pada 20 Desember 2016, dengan kotraktor Wijaya-Basuki KSO. Bendungan ini memiliki daya tampung tampung 1,68 juta m3 dan luas area genangan 5,23 ha.
Konstruksi kedua bendungan tersebut ditargetkan selesai pada 2019.
Saat ini kemajuan pembangunan kedua bendungan tersebut masih dalam tahap pembebasan lahan dan pembangunan jalan akses. Hingga 6 November 2017, lahan bendungan Sukamahi yang sudah bebas seluas 10,33 ha (22,19 persen) dari kebutuhan 46,56 ha, sementara lahan bendungan Ciawi yang dibutuhkan seluas 78,79 ha dan sudah dilakukan pembayaran pada 11,03 ha (14,01 persen).
Pembebasan lahan kedua bendungan dilakukan dengan skema dana talangan oleh kontraktor yang nantinya akan dibayarkan melalui anggaran Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).