Kisah Buruh Kehilangan Tangan Kanan karena Terjepit Mesin

Selasa, 07 November 2017 | 14:52 WIB
Kisah Buruh Kehilangan Tangan Kanan karena Terjepit Mesin
Dirman [suara.com/Welly Hidayat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Desember 2004 merupakan petaka bagi Dirman (30). Buruh perusahaan swasta ini sedang bekerja ketika tiba-tiba tangannya masuk ke mesin.

"Pas saya bekerja di situ tangan saya ketarik dan kejepit mesin," kata Dirman.

Dirman sudah berusaha keras mengeluarkan tangan kanannya, tapi gagal. Dia cepat-cepat mematikan mesin, tetapi sudah terlambat.

"Itu pun pakai tangan kiri saya matikan mesin. Kalau nggak saya matikan mesin masih tetap jalan, mungkin bisa sampai kelindes semua abis badan saya. Ini mesin cukup besar," kata Dirman.

Dirman kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Siloam, Lippo Cikarang, Kabupaten Bekasi. Dokter terpaksa memotongnya/

Kini,tangan kanan Dirman buntung.
 
Safety First

Dirman ikut demonstrasi buruh yang tergabung aksi Aliansi Rakyat Peduli Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Selasa (7/11/2017).

Demonstrasi dilakukan mengambil momentum kebakaran pabrik petasan, PT. Panca Buana Cahaya Sukses, Kosambi, Tangerang, Banten, pada Kamis (26/10/2017). Kebakaran tersebut menewaskan 48 pekerja serta melukai puluhan orang lainnya.

Dirman menceritakan pengalaman buruknya ketika bekerja sebagai operator mesin percetakan di PT. Maja Bakti Prasindo. Dia bekerja di sana awal Agustus 2004.

Kasus itu terjadi lima bulan setelah Dirman bekerja.

"Itu kejadian bulan Desember 2004, sudah lima bulan saya kerja. Itu mesin percetakan belum dapat dikatakan safety, belum aman. Karena belum ada sensornya (mesin percetakan)," ujar Dirman.

Untungnya, perusahaan tempat Dirman bekerja masih mau menanggung biaya pengobatan.

"Dari perusahaan bertanggungjawab ada. Saya dibawa ke rumah sakit. Berobat sampai sembuh. saya di istirahatkan sampai tiga bulan untuk tidak bekerja," ujar Dirman.

Tetapi, Dirman karena tak ada santunan dari perusahaannya ketika itu. Padahal jelas-jelas petaka yang merenggut organ penting tubuhnya terjadi ketika sedang menjalankan tugas.

Dirman pun berjuang untuk menuntut hak. Dia bersama teman - teman buruh melaporkan perusahaan ke Dinas Ketenagakerjaan Bekasi. Perusahaan pun memberikan santunan.

"Tadinya nggak ada perusahaan berikan (santunan) Itu cuma sebatas pengobatan saja tadinya. Tapi saya ajukan saya gugat ke kantor depnaker di Bekasi. Alhamdulillah sudah saya ajukan saya gugat sampai rapat juga. Itu perusahaan baru mau mengeluarkan kebijaksanaan atas santunan kecelakaan kerja saya. tadinya nggak ada," ujar Dirman.

Belajar dari hilangnya tangan Dirman, dia berharap perusahaan-perusahaan penyedia lapangan kerja harus menomorsatukan keselamatan kerja.

"Harapan saya masih tetap ingin bekerja di perusahaan itu. Untuk selanjutnya perusahaan agar dapat menanamkan sistem keselamatan kerja di perusahaan. Sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Itu saja harapan saya," kata Dirman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI