Suara.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menuding pejalan kaki sumber kemacetan di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sana pusat perdagangan terbesar se-Asia Tenggara.
Anies melontarkan tudingan itu setelah mengklaim melihat situasi Tanah Abang dengan drone. Penyataan itu diakatakan, Senin (6/11/2017) kemarin.
Apakah benar tudingan Sandi itu? Sebuah kelompok masyarakat sipil yang tergabung dalam kelompok Koalisi Pejalan Kaki menelusuri keadaan sekitar stasiun Tanah Abang. Sebab penumpang commuter line dituduh Sandi sebagai biang kemacetan.
"Tadi setelah dilihat pakai drone, kesemrawutan itu adanya karena pejalan kaki yang keluar dari stasiun Tanah Abang," kata Sandi kemarin.
Baca Juga: Mobil Tabrak 11 Orang Pejalan Kaki di London
Dalam sebuah video yang diunggah dalam akun Facebook Koalisi Pejalan Kaki, Selasa (7/11/2017) pagi, terlihat banyak pedagang kaki lima berjualan di trotoar samping stasiun. Mereka menduduki setengah lebar trotoar.
Kebanyakan PKL berdagang pakaian. Mereka membangun bangunan sementara dan menumpuk dagangannya dengan tiang gantungan. Bahka dagangan mereka menutup garis kuning yang digunakan kaum disabilitas untuk penanda jalan.
Pejalan kaki yang berjalan di trotoar itu menyingkir dari trotoar karena terhalang para PKL yang mem-block trotoar. Mereka turun ke bahu jalan.
Seorang aktivis pejalan kaki, Anthony Ladjar mengkritisi pernyataan Sandiaga. Dia mengatakan Pimpinan DKI Jakarta tidak berpihak kepada pejalan kaki.
"Semoga saja informasi yang saya dapat salah, namun dengan menyatakan penyebab kemacetan adalah pejalan kaki alih-alih kegagalan aparatur pemerintah provinsi mengatur lalu lintas, serta dengan rencana membuka kembali akses Harmoni-Thamrin bagi sepeda motor, pertanda kedua pemimpin itu tidak berpihak pada pejalan kaki dan pesepeda. Silakan kritik saya bila salah. Silakan diluruskan bila ternyata tidak benar. Saya tidak antikritik," kata Anthony dalam akun Facebooknya.
Baca Juga: Bikin Kesel, Pemotor Naik Trotoar Bentak Pejalan Kaki