Setidaknya 20 Tewas dalam Penembakan di Gereja Texas

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 06 November 2017 | 06:34 WIB
Setidaknya 20 Tewas dalam Penembakan di Gereja Texas
Sejumlah polisi berjaga di luar Gereja First Baptist Church di Sutherland Springs, Texas, tempat setidaknya 20 orang tewas ditembak saat sedang mengikuti kebaktian, Minggu (5/11). [AFP/Suzanne Cordeiro]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setidaknya 20 orang tewas dan sejumlah besar lainnya luka-luka akibat penembakan di sebuah gereja di Sutherland Springs, Texas, Amerika Serikat pada Minggu (5/11/2017) waktu setempat, demikian dilaporkan CNN.

Pelaku penembakan, yang identitasnya belum diumbar, tewas setelah sempat melarikan diri hingga ke wilayah tetangga di Guadalupe County yang berjarak 19km. Belum diketahui apakah pelaku tewas ditembak polisi atau bunuh diri.

Penembakan itu sendiri terjadi di Gereja First Baptist Church dan jumlah korban tewas masih simpang siur.

Joe Tackitt, Sheriff Wilson County yang wilayah yuridiksinya termasuk lokasi kejadian, mengatakan 20 orang tewas dalam insiden itu. Sementara pembantu Gubernur Texas, Dan Patrick kepada Fox News mengatakan bahwa ada 25 orang tewas dan 30 lainnya luka-luka.

Salah satu korban yang dipastikan tewas adalah seorang gadis berusia 14 tahun, puteri Pendeta Frank Pomeroy yang melayani gereja itu.

Menurut sejumlah saksi, setidaknya 20 tembakan terdengar dari dalam gereka sekitar pukul 11.30 pagi waktu setempat, ketika kebaktian sedang berlangsung. Belum diketahui pasti berapa jumlah umat yang mengikuti kebaktian ketika penembakan itu berlangsung.

Setelah melakukan penembakan, pelaku melompat ke dalam mobil dan melarikan diri dalam kecepatan tinggi. Ia berhasil dicegat oleh polisi di Guadalupe County.

Penembakan itu sendiri berlangsung hanya beberapa pekan setelah seorang sniper menembak mati 58 orang di sebuah konser di Las Vegas, AS. Itu adalah penembakan massal dengan korban terbanyak dalam sejarah AS.

Penembakan masssal ini kembali memantik perdebatan tentang pengendalian kepemilikan senjata api di AS. Banyak yang menilai penembakan massal di AS meningkat karena warga di negeri itu bebas membeli dan memiliki senjata api. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI