Hizbullah Tuding Saudi Paksa PM Libanon Mundur

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 06 November 2017 | 06:03 WIB
Hizbullah Tuding Saudi Paksa PM Libanon Mundur
Pemimpin kelompok Hizbullah di Libanon, Hassan Nasrallah sedang menyampaikan pidato pada Minggu (5/11). [Al-Manar TV/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin Partai Politik dan kelompok militan Libanon, Hizbullah, pada Minggu (5/11/2017) menuding Arab Saudi telah memaksa Perdana Menteri Saad Hariri untuk mundur dari jabatannya.

Sayeed Hassan Nasrallah, dalam sebuah pidato yang ditayangkan saluran televisi Libanon, menyebut bahwa Saad telah didikte Saudi dan mengajak warga Libanon untuk sabar dan tenang menghadapi perkembangan mengejutkan tersebut.

"Pengunduran diri adalah keputusan Saudi yang didiktekan dan dipaksakan kepada Perdana Menteri Saad Hariri," kata Nasrallah seperti dikutip Reuters.

Nasrallah juga meminta warga Libanon untuk tidak berdemonstrasi.

Sebelumnya pada Sabtu (4/11/2017) Hariri mengumumkan mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Libanon. Ia mengaku tak lagi bisa menghadang pengaruh Iran di negerinya dan takut akan dibunuh seperti mendiang ayahnya yang tewas dibom pada 2005 lalu.

Pengumuman pengunduran diri yang mengejutkan itu disampaikan Hariri dari Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi.

Adapun Nasrallah juga mempertanyakan apakah Hariri di Riyadh berstatus sebagai tamu atau justru sudah ditahan.

Hariri dan Saudi sendiri dikenal sangat dekat. Hariri tinggal di Saudi pada 2011 setelah mengasingkan diri dari Libanon hingga kembali lagi untuk berkuasa pada Desember 2016 kemarin.

Tetapi Hariri juga punya masalah di Arab Saudi, karena perusahaan konstruksi milik keluarganya, Saudi Oger, sedang terbelit utang bernilai jutaan dolar kepada pemerintah Saudi.

Para sekutu Hariri di Libanon sudah mengatakan bahwa Hariri tak ditahan oleh pemerintah Saudi.

Adapun pada pekan kemarin Putera Mahkota Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, memerintahkan penangkapan sejumlah pangeran dan mantan menteri yang diduga melakukan korupsi. Penangkapan pangeran-pangeran itu kini memperbesar kekuasaan yang dikendalikan oleh Pangeran Mohammed.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI