Suara.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendorong kontraktor untuk tidak hanya menjadi penyedia jasa konstruksi, namun juga sebagai investor proyek infrastruktur. Terlebih saat ini, iklim investasi di Indonesia sangat kondusif dengan membaiknya peringkat kemudahan bisnis dan daya saing.
Hal itu disampaikan oleh Plt Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Danis H. Sumadilaga, usai menghadiri seminar "Peluang Konstruksi Melalui Investasi", yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI), dalam rangka HUT AKI ke-44 di Jakarta, Kamis (2/11/2017). Menurut Danis, keterlibatan kontraktor sebagai investor sangat diperlukan karena keterbatasan kemampuan APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur, bila dibandingkan dengan kebutuhan.
"AKI memiliki 183 anggota perusahaan kontraktor berpengalaman yang punya potensi menjadi investor, karena itu sangat kita dorong," kata Danis.
Iklim investasi semakin baik, karena pemerintah saat ini sangat aktif memberikan dukungan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya dalam sektor infrastruktur, seperti perbaikan regulasi, skema pembiayaan, bantuan dalam pembebasan lahan melalui dana talangan yang dikelola oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) dan skema Viability Gap Fund (VGF).
Indonesia juga telah memiliki PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebagai katalis mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui 3 (tiga) pilar bisnisnya, yaitu pembiayaan dan investasi, pengembangan proyek, dan pemberian layanan jasa konsultasi atau advisory bagi beragam proyek infrastruktur di Indonesia.
Peringkat daya saing Indonesia pada 2017 naik di posisi 36, dari sebelumnya di posisi 41. Bank Dunia juga menempatkan Indonesia pada peringkat ke-72 dari 190 negara dalam Laporan Kemudahan Usaha 2018, yang merupakan hasil survei Bank Dunia pada 2017, atau naik dari sebelumnya dari peringkat ke-91 pada2017.
Danis memberikan contoh kontraktor BUMN PT Waskita Karya (Persero) Tbk, yang juga menjadi investor melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road sebagai pemegang konsesi beberapa jalan tol di Indonesia. Di negara lain sudah banyak investor yang berasal dari kontraktor besar, seperti Samsung C&T dan SK Group di Korea, dan BAM, yang merupakan anak perusahaan Royal BAM Group di Belanda.
"Para investor tersebut mengerjakan berbagai macam proyek infrastruktur jalan raya tol, transportasi, dan bangunan di Eropa. Dengan demikian, kontraktor swasta nasional diharapkan dapat terlibat lebih jauh dalam pengembangan proyek infrastruktur dengan menjadi investor,“ katanya.
Danis, yang juga merupakan Kepala Balitbang Kementerian PUPR ini mengatakan, jika para kontraktor menjadi investor maka akan semakin banyak lagi peluang konstruksi tercipta di masa mendatang. Hal tersebut akan mendorong peningkatan permintaan peralatan, material, dan ketersediaan tenaga ahli konstruksi yang akan menggerakkan sektor riil.
Turut hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut adalah Direktur Keuangan PT Waskita Karya, Tunggul Rajagukguk, Kepala Divisi Pembiayaan dan Investasi 1 PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), Rintis Sitaresmi, Sekjen Kementerian Perhubungan, Sugiharjo, Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Wahyu Utomo, dan moderator pengamat infrastruktur, Danang Parikesit.