Baju Terakhir Dianah dan Akhir Hidup Buruh Anak di Pabrik Petasan

Jum'at, 03 November 2017 | 20:15 WIB
Baju Terakhir Dianah dan Akhir Hidup Buruh Anak di Pabrik Petasan
Petugas PMI dan Basarnas mengevakuasi jenazah korban kebakaran pabrik kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten, Kamis (26/10).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Awalnya, kata Sayati, putrinya mendapat upah Rp55 ribu per hari. Namun, setelah sepekan bekerja, upah yang diterima Dianah malah turun menjadi Rp40 ribu per hari.

Padahal, tak jarang Dianah bekerja lembur hingga larut malam karena dituntut memenuhi target produksi petasan oleh si pemodal pemilik pabrik.

"Itu saya lihat dia kerja capai sekali. Saya kasihan lihatnya. Tapi dia mau bantu keluarga. Pernah pulang kerja sampai malam. Katanya kejar target," jelasnya.

Sayati pernah tak sampai hati melihat putri kecilnya bekerja banting tulang, tapi berupah rendah. Ia sempat meminta Dianah berhenti bekerja.

Baca Juga: Persib Ogah Lanjutkan Laga, Kapten Persija: Masalah Nyali

Namun, Dianah mengatakan, setelah putus sekolah, pabrik itulah satu-satunya tempat dia bisa mendapatkan teman.

"Katanya banyak teman. Terus dia juga mengatakan, mau tetap bekerja untuk bantu ibunya, buat biaya hidup sehari hari," ujar Sayati. Air matanya kembali menetes.

Kesedihan serupa juga dicecap sang ayah, Suryadi. Laki-laki berusia 35 tahun itu mengatakan sudah memunyai firasat sebelum kebakaran hebat itu menelan putrinya.

“Tiga hari sebelum kejadian, saya merasa tak semangat bekerja. Badan lemas. Kerja tak fokus. Kepikiran keluarga saja. Ternyata Dianah sekarang sudah tak ada,” ujarnya.

Baca Juga: Sindir 'Walkout' Persib, Pelatih Persija: Kami di Bandung Dipukul

Suryadi betul-betul masih mengingat, permintaan terakhir sang putri sebelum jasadnya dilahap si jago merah. Dianah meminta sehelai baju baru kepada Suryadi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI