Novanto Jadi Pelupa, Hakim: Kenapa Banyak Lupa?

Jum'at, 03 November 2017 | 15:42 WIB
Novanto Jadi Pelupa, Hakim: Kenapa Banyak Lupa?
Ketua DPR Setya Novanto bersaksi dalam sidang kasus korupsi KTP elektronik (KTP-el) dengan terdakwa Andi Agustinus alias Andi Narogong di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (3/11).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
"Anda selalu saja jawab lupa. Saya cermati anda jawab selalu lupa, tidak ingat, kenapa banyak lupa?" kata hakim ketua majelis hakim pengadilan tindak pidana korupsi John Halasan Butarbutar kepada Setya Novanto di pengadilan, Jalan Bungur Besar Raya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (3/1/12017).

Setelah dua kali dipanggil jaksa KPK, Novanto tak hadir. Baru pada panggilan ketiga, ketua DPR itu mau datang. Dia diperiksa sebagai saksi untuk terdakwa Andi Agustinus alias Andi Narogong dalam perkara korupsi kasus e-KTP tahun 2011-2013.

Novanto mengaku tidak tahu ketika ditanya hakim John mengenai aliran uang kasus korupsi e-KTP.

"Saya betul-betul tak ketahui yang mulia," kata Novanto.

Novanto mengaku sudah lupa banyak informasi. Alasannya, peristiwa itu sudah berlangsung lama sekali, ketika dia masih menjadi ketua Fraksi Golkar.

"Pertemuan di Gran Melia pagi hari anda ketemu beberapa pihak selain Diah, ada Irman, Sugiharto dan Andi?" kata hakim.

Diah merupakan mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Diah Anggraeni, sedangkan Irman dan Sugiharto merupakan mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri.

Saat itu, Andi Narogong tidak keberatan dengan kesaksian Diah.

"Tidak benar yang mulia. Masih Seperti BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dan dalam sidang yang lalu," kata Novanto.

Tapi Novanto mengakui adanya pertemuan sebanyak dua kali dengan Andi Narogong. Tapi, kata dia, pertemuan tersebut hanya kebetulan

"Pada pertengahan 2009 jadi saudara Andi datang di Tee Box Cafe. Dia perkenalkan diri, dia adalah supplier kaos dan pembuatan alat lain terkait pilpres karena suasana pilpres. Saya bilang ya sudah nanti ditawarkan berapa harganya, tapi harganya masih nggak cocok. Itu kebetulan ketemu," kata Novanto.

Setelah peristiwa itu, kata Novanto, Andi datang lagi dan menawarkan barang yang sama. Namun, kata dia, tidak ada kesepakatan.

"Lalu pada bulan berikutnya beliau sampaikan ada kaos yang berasal dari Cina yang menurutnya lebih murah.Saya tanya prosedurnya bagaimana, setelah saya lihat kelihatannya akan mengalami kesulitan pengiriman dan lain-lain. Akhirnya kita nggak jadi. Saya hanya bertemu di situ pak dua kali saja," kata Novanto.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI