Suara.com - Ketua Forum Masyarakat Jakarta Utara Ustadz Yusuf menilai pengelola Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis menutupi adanya praktik prostitusi yang diduga berada di lantai tujuh hotel.
"Lengkap itu, dari tari stripteasenya ada. Bingung bagaimana bilang tidak ada. Kalau tempatnya memang berbelok, kemudian naik, naik lift. Baru dah sampai di tempat striptease itu. Memang terselubung," kata Yusuf kepada Suara.com, Selada (31/10/2017).
Yusuf mengatakan demikian karena rekannya pernah menggunakan jasa perempuan pekerja seks komersial di Hotel Alexis.
"Iya kalau banyak orang yang menyatakan mereka makai (menggunakan jasa pekerja seks komersial) di sana. Ada teman saya, pengusaha pernah pakai di sana. Rp1,5 juta itu buat orang Indonesia. Rp2,7 juta itu buat orang luar negeri," kata Yusuf.
Bahkan, kata dia, praktik prostitusi di sana juga sudah diungkapkan dalam salah satu program acara di televisi swasta.
"Terakhir itu ada acara televisi dibuka. Dia (wartawan yang meliput) pakai kamera tersembunyi. Bohong kalau Alexis nggak ada (prostitusi)," katanya.
Yusuf juga menanggapi permintaan juru bicara Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis yang meminta solusi kepada Pemerintah Jakarta agar tetap dapat beroperasi
"Kalau hotelnya mau dilanjutin lagi ya monggo. Tapi kalau urusan yang lain nggak perlu lagi. Kalau untuk menjalankan hotelnya saja nggak masalah, yang lain nggak usah," kata Yusuf.
Yusuf mengatakan Formaju akan selalu mengingatkan Gubernur Jakarta Anies Baswedan untuk menepati janji yang disampaikan dalam kampanye.
"Kami akan sampaikan langsung ke pak Anies, saya cuma minta tiga, Anies jangan pernah berubah, jangan tergoda, harus berpihak kepada rakyat kecil," katanya.
Legal & Corporate Affair Alexis Group Lina Novita meminta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu DKI Jakarta memberikan solusi agar Hotel dan Griya Pijat Alexis tetap berjalan.
"Bersama ini kami mohon kepada Pihak Pemda DKI Jakarta dalam hal ini dinas perizinan untuk dapat memberikan solusi dan jalan keluar terbaik maupun arahan dan bimbingannya agar usaha kami di sektor Pariwisata dapat terus berjalan,pastinya kami siap untuk melakukan pembenahan manajemen sesuai dengan arah kebijakan pemerintah daerah DKI Jakarta," kata Lina dalam konferensi pers di Hotel Alexis.
Lina mengatakan Alexis memiliki banyak karyawan dan hal ini diharapkan menjadi pertimbangan pemerintah untuk kembali memperpanjang izin usaha. Lina mengungkapkan perusahaannya memiliki 600 karyawan berstatus pegawai tetap dan 400 karyawan berstatus tidak tetap (lepas).
"Perlu dipahami bahwa kami juga memiliki karyawan yang jumlahnya tidak sedikit dimana para karyawan tersebut juga merupakan tulang punggung keluarga, satu hal yang pasti belum terbitnya perpanjangan TDUP usaha kami yang akan berujung pada penutupan usaha akan berdampak pada hilangnya mata pencaharian mereka," kata Lina.
Lina juga meminta masyarakat maupun media berhenti menghakimi Alexis.
"Mohon juga dilihat bahwa selama ini pihak kami merupakan salah satu pelaku usaha di kota Jakarta yang tidak pernah melakukan pelanggaran ataupun menerima sanksi terkait pelanggaran dalam bentuk apapun dari dinas terkait yang merupakan cerminan bahwa kami pelaku usaha yang taat hukum dan turut berkontribusi nyata terhadap pembangunan kota Jakarta lewat pajak daerah maupun pembukaan lapangan kerja melalui sektor pariwisata," kata dia.
"Kepada seluruh masyarakat maupun media mari bersama - sama kita bangun kota Jakarta lewat sektor pariwisata guna menjadikan kota Jakarta sebagai salah satu destinasi wisata favorit di negara Indonesia," Lina menambahkan.
Konferensi pers Alexis hari ini untuk menanggapi beredarnya surat dari Dinas PTSP yang isinya belum dapat memproses permohonan perpanjangan Tanda Daftar Usaha Pariwisata Hotel Alexis dan Griya Pijat Alexis. Lina juga membantah adanya prostitusi di lantai tujuh hotelnya.
"Perlu diketahui bahwasanya sampai dengan saat ini di Hotel dan Griya Pijat kami tidak pernah ditemukan pelanggaran, baik berupa peredaran narkoba maupun kasus asusila," kata Lina.